Mohon tunggu...
Nanda Rahmania
Nanda Rahmania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Indonesia

menyuarakan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiupan Angin Tak Selalu Hening

12 Desember 2017   20:21 Diperbarui: 12 Desember 2017   20:27 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika mendengar kata cempaka mungkin yang terlintas dibayang kita adalah bunga yang cantik dan mampu membuat pemandangan semakin indah. Namun sangat disayangkan, cempaka yang belakangan ini menjadi pembicaraan banyak orang bukanlah cantiknya bunga, melainkan angin siklon tropis yang menyisakan tragedy dan rasa pilu.

Mengingat sebelumnya BMKG telah menyampaikan peringatan dini adanya siklon tropis Cempaka di perairan sekitar 32 km sebelah selatan-tenggara, beberapa hari yang lalu berita duka datang dari saudara kita di Pacitan dan sekitarnya. Bahwa telah terjadi cuaca ekstrem yang membuat rumah terendam banjir akibat hujan yang tak kunjung berhenti dan Adanya tanggul yang  jebol di anak sungai kecil di Kebonagung.

"Daerah Pacitan yang paling dekat dengan siklon tropis Cempaka terjadi hujan lebat sehingga menimbulkan banjir dan longsor pada Selasa dini hari. Sungai-sungai meluap menyebabkan ribuan rumah terendam banjir," ujar Sutopo Selaku Kapusdatin Humas BNPB, melalui keterangan tertulis, Selasa (28/11/2017).

Banjir meluas terjadi pada 13 desa di 3 kecamatan, yakni Kecamatan Pacitan (Desa Sirnoboyo, Desa Sukoharjo, Desa Kayen, desa kembang, Desa Ploso, Desa Arjowinangun, Desa Sidoharjo). Kecamatan Kebon Agung (Desa Purworejo, Desa Banjarjo, Desa Kebon Agung), dan Kecamatan Arjosari (Desa Pagutan, Desa Jatimalang, Desa Arjosari).

Berdasarkan data sementara yang dihimpun Posko BNPB, bencana tersebut terjadi di Kabupaten Situbondo, Sidoarjo, Pacitan, Wonogiri, Ponorogo, Serang, Sukabumi, Purworejo, Tulungagung, Semarang, Klaten, Malang, Wonosobo, Klungkung, Kota Yogyakarta, Gunung Kidul, Kulon Progo, Sleman, Bantul, Kudus, dan Sukoharjo.

Dengan menggunakan drone, BPBD Pacitan mencoba mengambil gambar dari ketinggian guna menghitung rumah yang terdampak banjir. diperkirakan ketinggian air yang masuk ke rumah mencapai sekitar 30-50 sentimeter. Namun belum dapat dipastikan berapa rumah yang terkena banjir.

Ternyata Siklon Cempaka bukan hanya menyebabkan banjir namun juga menyebabkan longsornya tanah. longsor terjadi di sebuah jalan di Kecamatan Arjosari dan di Desa Mentoro, Kecamatan Pacitan.Longsor juga terjadi di pemukiman warga di wilayah Desa Karanganyar dan Desa Karangnongko di Kecamatan Kebon agung.Diperkirakan Sebanyak 11 orang meninggal akibat bencana longsor dan banjir yang menerjang Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Saya yang mendengar berita itu sangat terenyuh dan terus beristigfar. Memohon ampun pada Sang Maha Kuasa, seraya memohon perlindungan untuk kita semua. Khususnya untuk saudara-saudara yang terkena bencana agar selalu diberikan ketegaran dan keikhlasan atas ujian yang telah terjadi. Mungkin sebelumnya tidak pernah terbayang akan separah ini, namun mau di kata apa? Ternyata tiupan angin tak selalu membawakan kesejukan, tak selalu membawa pada keheningan, namun angin mampu meluluh lantakkan semuanya dalam sekejap.

Terjadinya bencana ini tentu sangat membuat terpukul warga yang ada di lokasi, terlebih lagi mereka yang harus kehilangan keluarga dan sanak saudaranya. Bersyukurlah pemerintah begitu sigap menangani bencana ini,, dengan di turunkannya bantuan dari seluruh element seperti BNPB,BPBD serta Tim Sar yang siap turun tangan mengerahkan seluruh waktu dan tenaga untuk memberikan bantuan pada korban bencana.

Selintas saya berpikir, apakah bencana yang terjadi hanya untuk membuat manusia bersedih saja lalu melupakan? Sepertinya tidak. Bencana datang tentu dengan berbagai alasan logika yang mampu dipahami, namun kekuasaan alam juga turut serta sehingga itu terjadi. Bencana tidaklah mesti selalu menjadikan luka yang mendalam, namun coba kita jadikan ingatan bahwa ini adalah sebuah teguran. Sepantas apakah kita untuk diselamatkan? 

Dan seburuk apakah kita sehingga di beri ujian. Semua hanya dapat terukur dalam keikhlasan dan kerendahan hati serta kesadaran diri bahwa hidup ini bukan hanya milik kamu, bukan milik saya pula. Dengan segala keAgungan Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan sedikit di Sentilkan-Nya angin yang sedang berdansa, maka manusia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

Dengan kejadian yang memilukan ini saya sangat berharap kita semua dapat mengambil pelajaran dari ini semua. Karena bencana bukan hanya mendatangkan duka, tapi pasti juga mendatangkan hikmah yang luar biasa. Besar harapan saya untuk saudara-saudara yang terkena bencana selalu diberikan ketegaran dan kekuatan serta keikhlasan untuk menjalani ini semua. Semoga selalu di beri kesehatan dan dapat secepatnya beraktivitas kembali dengan normal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun