Lara yang mendalam tak kunjung usai
Seperti gelombang yang tak pernah berhenti
Meski malam gelap terus memecah karang
Kelam pekat bukan suatu alasan
Mencari lentera di tengah gemuruh
Melawan dingin melewati ujung bebatuan
Kembara usang ia bertebaran serpihan mozaik
Unik menatap lekat dan meraih semu
Siluet membias lurus
Meninggalkan garis hitam
Di dalam duka yang tak pernah berakhir
Di sudut ruang menunggumu mengerangÂ
Memerih tak teraba konon penuh rasa
Detak jantung terpapar di monitor hijau muda
Berlabel garis merah pertanda alarm
Masih berdiam menantimu dalam kamar redup
Membisikkan pecut garis senyum
Ada kekuatan yang tumbuh dalam hati
Kita terus bertahan di jalan sulit
Rumit di tikungan pertajam haluan
Tak peduli udara menguap
Menemani di pojok sendu menghitung detik-detik berlalu
Akankah waktu mengait temu
Menyendiri dalam diam berkelindan
Menahan lara di ujung nafas
Garis takdir memberati langkah
Berjalan tertatih menapaki diri
Bersimpuh dalam diam melangit doa
Membasuh luka tepian tanpa jejak parut
Tak kunjung mengering jua
Pertanda batin terus bertanya
Sebab dalam kesabaran
Kita menemukan harapan
Mungkin lara tak pernah benar-benar pergi
Rindu merintih pada sujud malam
Dialog pada sang pencipta
Merayu bersedekap
Meminta petunjuk menangkup kedua tanganÂ
Dalam raga sejiwa
Dengan hati yang kuat dan tekad yang tulus
Lara menjadi bagian kisah tiada akhir
1 November 2023
Bambu Selatan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H