Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jangan Hina Aku, Sayang

8 Oktober 2023   23:49 Diperbarui: 8 Oktober 2023   23:50 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ayoo, Mas! kita belum terlambat. Mari memperbaiki kekurangan dan membuka lembaran baru. Aku siap mendayung biduk bersamamu, sayang," ucapku penuh seloroh sembari mengelus pundaknya.

"Apa-apaan Mamah, lebay kali pun," sahut papa tak menggubris omongan istri. 

"Diam Mah! Papah lagi pusing klien kita banyak mengeluh," sambungnya dengan raut wajah jutek.

 "Sana ... Mama beresin rumah, aja! jagain Rafa dan marwa," perintahnya dengan memonyongkan mulut yang dihiasi bulu-bulu lebat.

Huft ... huft

Minah diam, gegas kebelakang sambil menahan tetesan bulir-bulir mengaliri kedua netra. Tangan kasarnya menyeka kedua pipi yang lembab dan basah. 

"Cukup sudah, Mas," batin Minah histeris perlahan melemah.

"Jangan kau hina aku lagi, Mas! 

Selama ini cukup sabar ku menghadapi ulahmu. Jika kamu membenci, jangan kau siksa perasaan ini. Pulangkan saja pada emak dan bapak di kampung, mereka sangat menyayangi Minah. Kini rumah menjadi seram memiliki pasangan hidup gemar menganiaya.

Suara hati Minah seakan meledak menahan isakan, Minah menatap kedua buah hatinya yang sedang bermain ceria. Rasanya tak tega merusak kebahagiaan anak. Biarlah Minah ikhlas menerima cobaan ini, demi anak-anak.

Benarkah pesan tetua di kampung bahwa  larangan menikah dengan orang kaya, kamu akan dijadikan keset kaki olehnya. Sepertinya Minah merasakan kebenaran itu. Batin sebagai istri sangat capek membenahi perasaan layaknya jongos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun