"Minaaah!" panggil mas Joni dengan nada bariton melebihi empat oktaf.Â
"Rumah kok berserakan, ngapain aja? kamu asik dengan laptop dan gawai hingga rumah tak terurus," nyerocosnya berang.
Joni beringas! hingga teriakan kedua kalinya ku dengar macam bergemuruh hebat. Padahal sudah ditata rapi, tapi anak-anak bikin berserakan. Sudah empat kali diatur lagi dan lagi seperti biasa anak-anak tak mau diam.
"Nyerah aku, Mas." Tepar sambil mingkem, hiks!
Pernah suatu pagi Minah kurang enak badan.Â
"Mas Joni, bisa nggak bantuin hari ini?"tanya Minah lembut. Istrimu capek mas, pingin istirahat sebentar. Lelah banget.
"Capek apa, sih, kamu? Aku heran Mama ini manja banget," celetuk suami kurang senang.Â
"Aku kerja siang malam nggak pernah bilang capek. Itu rumah harus bersih jika ku pulang kerja, anak-anak sudah rapi dan kamu jangan pake daster melulu, sakit mataku," protes suamiku kumat.
"Iya, Mas," gumamku lirih. Aku paling malas berdebat pagi-pagi. Selalu aja banyak protes. Ini-itulah aku bosan selaku mamah muda di salahin terus. Kapan suami bisa bersikap manis padaku.Â
"Awas ya, Mas! kau jangan cemburu misalkan ada mantanku bersikap manis," ancamku dalam hati.
Tak berputus asa, aku tetap berharap mas Joni berubah mencintai aku dan anak-anak.