Jiwa menang di keheninganÂ
Sebalik perjalanan sunyi menyusuri jalan setapak
Berhenti sejenak melepaskan penat
Membuka cerita
Mengenang senyuman terlintas di benak
Kini hanya tersisa
Raga usang tak bernilai
Garis-garis kerutan di tangan mulai kontras
Pertanda alarm mulai mendekat
Temani aku, nak!
Menuju alam keabadian
Hangatkan suasana, beri senyuman batin
Menjagai rasa bak gula-gula
Walaupun napas tinggal sejengkal, masih menjemput semangat dan harapan.
Pelukan renta meninggalkan jejak kenangan
Bayangan manis masa kecilku dan kamu
Menyusup dan bersemayangÂ
Ilustrasi lekat dan ronta
Takkala itu bocah berlarian dengan kaki telanjang, dan bersorak sorai
Mengejar kupu-kupu nan elok paras
Bukan ulat menggelitik
Saat berubah siklus dalam rumah kepompong
Begitulah perputaran hidup dari awal hingga tunai
Perjalanan berakhir di bumi, menangis tak jua reda.
Napas tercekat di kanal tersengal-sengal memburu.Â
Ada yang berkisah tertinggal tak jua berucap.Â
Mulut kelu membisu, hanya bola pendar berurai menatap
Renta itu mulia
Siapa bilang renta hanya menyisakanÂ
prahara
Pelankan suaramu, nak! jangan buat kegaduhan
Nikmati rasa perih, hargai kepergian dan renungi perpisahan
Karena renta itu ...
Deburan ombak pun tak berkesan
Desauan angin menggigit belulang
Renta semakin kuyu
Renta semakin peka
Renta ingin ditemani berbagi uluran berdampingan
Renta dalam untaian permata
Ketika berdamai dengan hati
Aku rindu sandaran teduhmu
Bireuen, 9 Februari 2023