Lampu di sepanjang jalan seperti menyorotkan mata ini hingga menyilaukan tatapan. Bayangan pelangi dan lingkaran halo berpendar mengelilingi cahaya lampu sangat mengganggu titik fokus.
Glaukoma adalah kerusakan saraf mata akibat meningkatnya tekanan pada bola mata. Meningkatnya tekanan bola mata ini terjadi akibat gangguan pada sistem aliran cairan mata, hal ini sesuai yang dilansir dari alodokter.
Diduga kelainan gen merupakan faktor utama terjadinya glaukoma. Ditambah lagi ada beberapa faktor sekunder yang menjadi penyebab glaukoma seperti: Cedera akibat paparan zat kimia, Infeksi, Peradangan, Penyumbatan pembuluh darah dan lain-lain.
Glaukoma si pencuri penglihatan semakin meningkat tajam tanpa diketahui jelas pemicunya. Faktor keturunan merupakan salah satu penyebab utama terjadi glaukoma. Bila salah satu di antara keluarga inti atau keluarga terdekat lainnya menderita glaukoma maka persentase gen turunan menjadi lebih besar.
Aku salah satu penderita glaukoma yang kejam itu. Kian hari mata ini sudah tak mampu lagi mengenal huruf-huruf. Setiap membaca atau melihat tulisan agak kecil beruraian air mata, tanpa mampu membendungnya.
Terkadang saat berkendaraan di musim panas sambil menahan perih bola mata, air matapun menyelimuti kabut penglihatan pun nanar. Dalam situasi ini aku mendadak berhenti untuk menghindari sesuatu insiden di jalanan.
Tekanan bola mata sangat menyakitkan, apalagi kini seluruh impian dan cita citaku kandas di tengah jalan. Namun, pantang berputus asa karena banyak orang yang senasib sependeritaan. Dokter spesialis mata sudah beberapa kali aku kunjungi, tetapi hanya meringankan penderitaan beberapa keluhan, dengan meminum obat-obatan.
Banyak nasehat dokter harus dipatuhi seperti tidak boleh minum kopi, suasana kamar tidur tidak boleh gelap, jangan memakan coklat atau makanan yang beresiko tekanan. Bosan juga meminum obat berhari-hari, duh! kalian ada saran enggak buat aku ini?
Penyakit Glaukoma juga tidak bisa disembuhkan dan hanya bisa diminimalisirkan gejala. Aktivitas sehari-hari semakin terkendala, dulu berkendaraan di malam hari anteng-anteng saja. Namun, sekarang kebiasaan berkendara di malam hari sudah sangat riskan, bahkan setiap melihat wajah seseorang dengan muka yang rata.
Duuhh, ngeri banget! Alhasil pada malam hari aku di rumah saja, kecuali ada yang menemani keluar sekedar ngopi bareng. Pernah aku sengaja tidak meminum obat dan semakin jarang menebus obat dengan alasan bosan. Terus, apa hasilnya?
Mataku bengkak dan semakin mengecil, penglihatan berkurang sampai nampak berasap. Setelah kejadian tersebut, tak pernah lagi absen mengosumsi obat mengingat prognosa jelek glaukoma sangat berbahaya dalam mempercepat kebutaan.
Pernah aku baca di kisah nyata seorang remaja tiba tiba penglihatannya gelap, mendadak buta karena glaukoma. Iya, Glaukoma akut menurut istilah kedokteran. Mungkin berbeda kasus sakitku ini perlahan tapi pasti, bila tidak ada perawatan akan mempercepat kebutaan.
Cobaan yang indah harus kuterima dengan ikhlas.
Kemudian beberapa kali konsultasi dengan dokter spesialis mata, sampai menggantikan obat oral dengan obat tetesan mata yang adem pemakaiannya. Pilihan pengobatan dengan obat tetes mata lebih efektif.
Ada juga pilihan pengobatan dengan operasi laser dan lain-lain, sesuai instruksi dokter. Terkadang operasi tidak menyelesaikan masalah, tetapi saat tak dapat dipertahankan lagi mungkin tindakan operasi jalan terbaik.
Dulu sebelum mata ini bermasalah, pernah tanpa sengaja menatap gerhana cincin matahari, sontak urat kuduk terasa nyeri dan kaku. Apakah karenaa itu mataku sakit? Sampai sekarang masih berkecamuk tanda tanya dalam hati.
Kemudian, beberapa kali aku menggantikan kacamata, tapi tidak ada perubahan bermakna. Pergantian kacamata pun menurut kriteria yang ditanggung asuransi kesehatan pemerintah. Apakah terbentur dengan regulasi terbaru? belum lagi rujukan berjenjang antar faskes.
"Huuhh ... mendingan aku beli saja kacamata murah, tetapi enggak murahan."
Btw, kalau aku horang kayah pastinya enggak usah menunggu serentetan birokrasi dari BPJS, harus nunggu sana sini. Kesana kemari satu haripun enggak kelar urusan.
"Nasibmu, Nak! hidup di era milenial dan semua serba digital."
Banyak teman temanku bertanya,” kak ada apa dengan penglihatanmu?"
“Aku hanya bisa tersenyum getir, Sedikitpun tidak berhasrat untuk menjelaskan apa dan mengapa dengan penglihatanku ini."
Rasanya tidak perlu aku mengumbar segala kekurangan yang kita punyai. Sebagian teman emang tulus saat yang lain ditimpa musibah, dan sebagian lagi hanya tujuan kepo.
Kini, semakin semangat aku berobat untuk mengurangi keparahan glaukoma. Adakah yang bisa membantu sekedar sharing sesama penderita glaukoma, atau semacam suatu wadah komunitas misalnya. Kalau ada mohon invite aku, yaahh!
Jeritan hati temanku, munkin ada yang bisa rekomendasi ??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H