Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kisah Menegangkan Dengan Pre-Eklampsia

19 November 2021   06:00 Diperbarui: 19 November 2021   06:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sakit perut bertambah hebat, saya tidak sanggup berpikir apa-apa lagi. Apalagi pikiran yang aneh-aneh. Beberapa saat kemudian saya dipindahkan keruang operasi, entah dilantai berapa waktu itu

Baru aja didorong brangkar ke ruang operasi, koq ... rasanya pengen ngeden, yah! Rasanya sudah tidak sanggup ditahan lagi dan waktu sampai ruang operasi saya pun berteriak sekuat-kuatnya. Semua sudah tidak karu-karuan lagi. 

Penantian operasi yang sedang di persiapkan oleh tim work bagian OK, sementara dr SpOG nya sudah standby di tempat. Perawat OK mondar mandir bergantian silih berganti melihat pasiennya berteriak histeris.

Bu, ibu ... yang sabar ya," salah satu perawat berusaha menenangkan suasana. Sebentar lagi operasi dan saya sampai emosi karena tidak kuat menahan sakit yang sudah intens. 

Lalu dokter kandungan melakukan pemeriksaan vagina toucher (VT) sudah pembukaan lengkap. Dengan gerak cepat  saya di pindahkan lagi ke ruang UGD di lantai bawah untuk persiapan melahirkan normal.

Setelah tiba di UGD saya didampingi oleh 3 dokter. Terdiri dari 1 dokter laki-laki  dan 2 dokter perempuan. Terlihat banyak perawat memakai pakaian putih-putih. Setelah dilakukan anamnese riwayat melahirkan yang lalu dan hamil ke berapakah ini? dan banyak lagi pertanyaan pertanyaan yang lain sampai tak sanggup mengingatnya kembali. 

Perawat itu sambil menyuntik obat entah apa namanya hingga menambah rasa sakit di perut seperti ada yang mau keluar. lantas saya menarik nafas kuat-kuat diantara waktu jeda menahan rasa sakit dan keinginan untuk mengedan kuat.

Setelah dicek lagi sudah kelihatan rambut kepala bayi di dasar panggul. Saya disuruh mengejan akhirnya Alhamdulilah dengan dua dorongan lahirlah sang putri dengan selamat walaupun BB rendah 2,2 kg .

Selama proses melahirkan ibu selalu disamping saya. Padahal sebenarnya tidak dibolehkan ibu masuk ke ruang melahirkan. Aturannya hanya suami yang diijinkan mendampingi istri.  Namun, pak suami tak pernah berani melihat darah, mencium aroma menyengat seperti obat-obatan, apalagi melihat saya menjerit jerit malah suami yang pingsan.

Hanya ibu yang berani mendampingi saya saat ngelahirin bayi. Beliau sangat kasihan melihat kondisi anaknya. Tetapi semua berganti indah setelah si mungil lahir. Begitu mendengar tangisan si kecil saya pun ikut Menangis haru dan bahagia.

Demikianlah cerita ini di kisahkan sesuai dengan aslinya, author hanya meng-edit beberapa bagian tertentu tanpa mengurangi konten/isinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun