Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kisah Menegangkan Dengan Pre-Eklampsia

19 November 2021   06:00 Diperbarui: 19 November 2021   06:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun suami tidak bekerja, saya tetap kontrol kehamilan di posyandu. Sewaktu kontrol ulang saat usia kandungan 7 bulan, saya sontak kaget dan terkejut mendapati tensi tinggi 140/90 mmhg, lalu saya dirujuk ke puskesmas untuk cek urine dan darah lengkap. Keesokan harinya setelah Cek urine dan darah ternyata tetap 140/90 dan urine mengandung protein+2.

Perasaan was-was menyelimuti pikiran, bukankah penyakit preeklamsia ini sukar ditebak ujung akhirnya. Bisa aja bumilnya datang baik-baik tetapi proses akhirnya akan bermasalah. Kepasrahkan diri pada Ilahi, saya tidak sanggup lagi memikirkan hal-hal yang rumit. Ya Tuhan lancarkanlah persalinan hambamu ini. Hanya selalu berdoa di setiap gerak langkah ini.

Langsung saja bidan senior merujuk ke faskes 3 untuk usg dan vitamin ke dokter kandungan. Lalu dokter faskes 3 memeriksa dan melihat hasil USG saya. Beliau mengatakan saya harus periksa ke faskes 3 lagi rentang waktu 1 minggu kedepan. Setelah 1 minggu kemudian saya diperiksa dan hasilnya tensi tetap tinggi
urine tetap +2.

Dokter memberi saya vitamin dan suruh kontrol 2 minggu lagi . Keesokan harinya suami saya mendapat berita gembira dari saudaranya bahwa ada pekerjaan sebagai tukang bangunan di pulau Kalimantan di tempat anaknya. Pihak owner menjanjikan gaji 130 rb per hari, waktu itu saya dan suami berfikir sehari semalam baru memutuskan setuju dengan estimasi waktu saya melahirkan suami bisa pulang sebentar menengokin. Akhirnya suami pun berangkat ke pulau kalimantan dengan semua akomodasi p-p ditanggung.

Ternyata semua tidak sesuai ekspektasi dalam jangka 1 bulan bekerja suami hanya diberikan gaji 1 juta sementara saya butuh biaya untuk persiapan melahirkan dan persiapan lainnya.

Saya masih berfikir positif, mana mungkin gajinya sedikit banget dengan pekerjaan lumayan mengerahkan seluruh otot tubuh. 

"Mungkin sudah disimpan sama saudara saya buat persiapan biaya melahirkan," 

Pikirku harap-harap cemas. Hingga tiba saya periksa ke dokter lagi dan dokter mengatakan tidak bisa melahirkan secara normal harus di seksio caesaria 2 minggu lagi.

Bertambah panik dan bingunglah saya menghadapi keadaan yang serba kekurangan ini. Dalam benak berkecamuk rasa yang tiada habisnya. Bagaimana untuk biaya makan, bayar listrik, jajan anak, biaya peralatan bayi, syukuran sedangkan suami saya telepon, hanya bilang sabar. Alhamdulilah untuk makan kami dibantu orangtua saya.

Hingga suatu pagi saya merasa mules-mules tapi saya tidak punya pikiran mau ngelahirin bayi karena hpl masih kurang 10 hari dan jadwal operasi kurang 5 hari lagi. 

Semua serba mendadak di hari itu, sakitnya nggak ketulungan, perut saya berkontraksi cukup hebat. Makin lama tambah sakit perut dan maaf di celana ada keluarnya lendir bercampur bercak merah. Setahu saya itu tanda-tanda seorang ibu mau melahirkan bayinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun