Menikmati panorama alam bak perawan desa nan malu-malu menyingkap tabir wajahnya. Mengulir kedamaian berpadu hamparan kehijauan nun jauh di sana. Gemericik air menuruni bebatuan, merindukan alam sarat akan oksigen sebagai paru-paru umat manusia. Sungguh kemolekan karya ciptaan-Nya yang patut dijaga sebagai warisan emas untuk anak cucu kita.
Penulis mencoba menuangkan secuil prosa liris tentang alam, yang meneduhkan jiwa penuh harapan. Kepiawaian diksi dan majas mampu mendalami imajinasi pembaca, membuka mata hati dan pikiran, hingga mengubah mindset tentang pentingnya pengurangan polusi udara.
Demikian juga, adanya pergeseran nilai-nilai dan waktu semakin punahnya lingkungan teduh dan sehat, sebaliknya intensitas pencemaran udara di mana-mana. Dari lingkungan kotor sampai meningkatnya polusi udara sebagai hasil produktivitas dari kegiatan manusia.
Generasi tangguh mencerminkan nilai-nilai dan norma dalam menjaga kelestarian alam. Pesan garis leluhur yang harus dijaga sampai anak cucu nanti. Mencintai alam sebagai wujud ikut memiliki dan memeliharanya dari sentuhan tangan yang tidak bertanggung jawab.
Sikap ini sudah tertanam jauh sebelum adanya istilah Net-Zero Emissions yang mulai diperkenalkan pada tahun 2008. Kemudian diperkuat oleh adanya Konferensi tingkat tinggi yang diselenggarakan di kota Paris, Perancis pada tahun 2015. Negara ini mewajibkan negara-negara industri mencapai nol-bersih emisi pada tahun 2050.
Indonesia berkomitmen mencapai target Perjanjian Paris untuk karbon netral atau net zero emission (bebas emisi karbon) pada 2060 atau lebih cepat dengan bantuan internasional, demikian yang dilansir dari kompas.com
Komitmen Indonesia dalam mencanangkan Net-Zero Emissions pada tahun 2060 merupakan titik ukur pencapaian diri dalam penanganan bebas emisi karbon. Kita dapat melakukan beberapa konstribusi sesuai kebidangan dalam berbagai aspek, saling bersinergi dan progresif mewujudkan cita-cita nyata.
Lalu, bagaimanakah peran serta masyarakat dalam mendukung Net-Zero Emissions (NZE) minimal pencapaian target pada tahun 2060 mendatang?
Berkembangnya kawasan industri menjadikan lambang sebuah kemajuan suatu negara. Pabrik pengepul asap dengan cerobong hitamnya, belum lagi adanya industri rumahan yang beroperasi terkait pencemaran emisi rumah kaca. Penggunaan alat teknologi canggih menghasilkan limbah yang sulit diurai termasuk pencemaran udara.
Banyak kenderaan menggunakan bahan bakar fosil yang menghasilkan emisi karbon. Sehingga padatnya kegiatan di jalan raya menyumbangkan polusi tingkat tinggi, tanpa disadari telah menjadi rutinitas keabadian sebagai sumber polutan.
Semakin hari efek rumah kaca tiada terhindarkan lagi. Para ilmuan dan pemerhati lingkungan sangat bekerja keras untuk menyelesaikan isu yang berkembang saat ini. Tak dapat dipungkiri, semua itu berdasarkan realita tidak hanya menjadi tontonan semata, melainkan mengorganisir kawasan produktivitas limbah udara dan air.
Saatnya lebih giat mengkampanyekan kegiatan mencintai alam sejak dini, lingkungan sehat dan bebas dari tekanan berbagai aspek. Sesuatu tidak terjadi dengan sendirinya, maka dari itu perlu campur tangan berbagai pihak dan kebijakan-kebijakan tegas untuk mendukung Net-Zero Emissions.
Aktivitas reaksi nyata mempunyai makna sungguh luar biasa. Bermula dari sekitar rumah tangga, lingkungan pekerjaan dan semua anak-anak sekolah dibekali edukasi tentang perilaku lingkungan hidup sehat.
Memulai dari hal sederhana dapat menurunkan derajat emisi karbon. Dengan menggalakkan penanaman pohon, re-use barang bekas menjadi karya guna, sampah menjadi kompos, meminimalisir pemakaian plastik yang sulit diuraikan, memakai alat rumah tangga non-CFC (Cloro Fluoro Carbon) akan mengurangi gas rumah kaca.
Demikian juga, bagi pengguna alat transportasi lebih memilih yang berbasis baterai listrik berdaya guna jauh dari kebocoran karbon.
Mendidik perilaku sejak dini untuk lebih mencintai alam, buang sampah pada tempatnya, menanam sejuta pohon, jauhi pemborosan energi listrik dan penebangan hutan liar. Hal-hal yang nampaknya sepele membawa perubahan signifikan pada karakter si anak di masa mendatang.
Kemudian, regulasi kawasan industri terpisah dari permukiman penduduk, setidaknya menyelamatkan populasi generasi sehat di masa depan. Tentunya menuju kualitas manusia sehat, produktif dan sejahtera.
Upaya serius dapat diwujudkan dengan membuat daerah percontohan (miniatur) dalam binaan lembaga terkait dengan mengusung tema" Menuju Net-Zero Emissions 2060." Sehingga perlahan tapi pasti semua elemen akan ikut menggerakkan masyarakat untuk berdaya dalam pengurangan emisi gas karbon. Sesuai dengan budaya kebiasaan kita yang mudah menyerap ilmu dengan gaya meniru contoh yang sudah ada.
Pentingnya diadakan perlombaan-perlombaan yang bertemakan "Go Green" dan sejenisnya untuk mem-viralkan Visi dan Misi serta tugas mulia yang membanggakan ini. Di setiap event selipkan tema "Net-Zero Emissions" terobosan sastra hijau, musikal hijau, ekonomi hijau dan tempat wisata hijau dengan melibatkan berbagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan menggalakkannya di setiap penjuru.
Lingkungan hidup yang sehat memberikan jaminan kesehatan dan terbebas dari berbagai penyakit. Timbulnya permasalahan bersumber dari lingkungan yang tidak memenuhi standar kesehatan. Hargailah mereka yang ingin hidup sehat, penuh ketenangan dan berwibawa. Semua kita berhak memperolehnya sesuai peraturan dalam undang-undang kesehatan
Bayangkan anak-anak bermain di lingkungan penuh polusi, sangat beresiko terhadap kesehatannya. Mereka jiwa yang rentan mudah mengalami gangguan bertumbuh kembang di kemudian hari. Dalam menyikapi hal ini selayaknya butuh perhatian dari tokoh-tokoh penuh dedikasi tinggi.
Pada dasarnya, pengambil kebijakan dapat menerapkan ketegasan untuk kepentingan umat manusia, dan mengurangi dampak jangka panjang emisi karbon yang akan berakibat rawan bencana alam. Penipisan lapisan ozon, efek gas rumah kaca merupakan faktor terjadinya ketidakseimbangan alam. Akibat peningkatan emisi karbon di bumi membuat suhu menjadi lebih panas, terjadinya perubahan iklim, air laut meninggi karena mencairnya es di kutub sangat berpotensial menenggelamkan pulau-pulau kecil.
Penentu kebijakan dapat memberikan sanksi tegas bagi pelanggar aturan. Contoh hal yang paling ringan bagi perokok di tempat umum dikenai denda karena merugikan orang lain. Membuang sampah sembarangan, merusak lingkungan seperti menebang pohon. Mengenderai mobil atau sepeda motor tidak safety pembuangan gas, justru berbahaya bagi pengguna lainnya. Berikan ketegasan yang mempunyai efek jera.
Kesimpulan penulis disini merupakan suatu cerminan kepedulian bersama dalam mewujudkan bebas emisi karbon. Perlu keseriusan dalam menindaklanjuti usaha pembaharuan mengenai disolving problem.
Penulis tidak memberikan gambaran muluk-muluk sehingga nantinya jauh meleset ekspektasi dari realita. Namun, rasa optimisme terus menggaung mengalahkan jiwa-jiwa yang semakin sarat dengan berbagai konflik kearifan lokal. Revolusi mental menghadapi Net-Zero Emissions bukan hanya tugas-tugas dari penguasa semata, tetapi semua unsur pun ikut berkiprah melestarikan alam dan mendukung nol bersih emisi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Dalam hal ini kesiagaan kita bersinergi terwujudnya Net-Zero Emissions pada tahun 2060 justru mulai tersosialisasikan dengan baik sejak sekarang.
Mungkin pada tahun 2060 keberadaan kita pun telah menjadi salah satu fosil abadi. Minimal telah melakukan berbagai tugas pengkaderisasian yang akan dilanjutkan oleh generasi mendatang. Kewajiban kita mendidik dan sebagai panutan mereka sesuai kapasitas masing-masing.
Mari segera kita mewujudkannya, singsingkan lengan baju tunjukkan aksimu berperan serta mensukseskan Net-Zero Emissions. Awali dari yang sederhana sesuai kapasitas pendukung.
"Manusia mungkin saja merasa berkuasa di atas muka bumi, merasa sebagai spesies paling unggul, tapi mereka sebenarnya dalam posisi sangat lemah saat berhadapan dengan kekuatan alam.” - Tere Liye ."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H