"Semua penulis akan meninggal, hanya karyanyalah yang akan abadi sepanjang masa. Maka tulislah yang akan membahagiakan dirimu di akhirat nanti." (Ali bin Abi Thalib)
Orang yang mengajarkan kebaikan, menginspirasikan kebaikan hingga semua ikan-ikan di laut akan meminta pengampunannya. Sesungguhnya Allah dan malaikat dan penghuni langit dan bumi sampai semut-semut di liang-liangnya akan mendoakan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Sebaliknya menulis bisa juga menginspirasikan maksiat keburukan, dosanya mengalir pada orang yang menulis tersebut. Azab dan dosa jariah yang terus mengalir.
Na'uzubillahiminzalik.
Sebagai pengingat kita hati-hati dalam menulis. Sedikit tetapi barokah lebih baik ketimbang banyak tidak barokah. Seperti menulis cerita yang tidak benar hanya sebuah napsu.Â
Kita menulis mengharapkan rida dari-Nya. Azasnya adalah ketakwaan kepada Allah SWT. Menulis sebagai silaturrahmi yang menjadi amalan shaleh.
Belakangan ini sering kali aku baca cerita bergenre creepy pasta khususnya Gore. Secara pribadi aku skip bacanya.Â
Namun, selaku manusia tergerak hatiku bertanya tanya, ada apakah dengan cerita fiksi yang sadis berseliweran di komunitas? Ada yang pro ada yang komentar sebaiknya hindari tema itu.
Di lingkungan kepenulisan sendiri bukanlah sebuah larangan melainkan sebagai karya nominasi untuk memperkaya cita rasa kepenulisan di abad ini.
Duhh! Mengapa pemikiranku berbeda dan merasa tidak nyaman membaca cerita ini. Apakah kalian mengalami hal yang sama dengan pemahamanku?Â