Mohon tunggu...
Nanda Nuriyana SSiTMKM
Nanda Nuriyana SSiTMKM Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Praktisi dan Akademisi

BERTUGAS DI RUMAH SAKIT dr FAUZIAH BIREUEN BAGIAN KONSELOR HIV AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengurangi Stigma terhadap Pasien yang Terkena Dampak Covid-19

23 Juli 2021   19:50 Diperbarui: 28 Juli 2021   01:00 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alhasil bukan karena corona itu sendiri yang membuat mereka jatuh sakit, justru psikis yang terganggu akibat ulah stigma sosial yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan baik secara fisik dan mental pasien dan keluarganya.

Semua pihak terkait dapat menggunakan cara-cara yang lebih persuasif dan tidak memaksa atau bahkan mengancam pasien dan keluarganya. Dibutuhkan peranan tenaga psikolog yang berkompeten di bidang ini untuk mengelola psikologis pasien dan orang yang terpapar lainnya. 

Selama ini pasien HIV-AIDS bisa kita kurangi stigma dan diskriminasi di masyarakat, begitu juga terkait hal dengan penyakit Covid-19. Mereka bukanlah momok atau aib yang harus diperlakukan secara tidak manusiawi.

Mereka diperlakukan berbeda, mengalami pelecehan status dan merendahkan seseorang yang telah terpapar virus corona. Jika ini terus terjadi akan membuat orang-orang menyembunyikan sakitnya supaya tidak didiskriminasi, mereka menghindari mencari bantuan kesehatan dengan segera, dan mengabaikan perilaku hidup yang sehat.

Daripada menunjukkan stigma sosial, lebih bijak jika kita berkontribusi di masyarakat, yaitu dengan membangun rasa percaya pada layanan kesehatan berkualitas, menunjukkan empati terhadap yang terdampak, melakukan upaya efektif sehingga orang bisa menjaga keselamatan diri dan orang yang dicintai. 

pixabay.com
pixabay.com

Semua lintas terkait dapat memperkuat pesan, empati serta dukungan pada orang-orang yang terstigma. Stigma sosial terjadi akibat kurangnya edukasi tentang Covid-19.

Pengalaman pasien Covid-19 masih kentara sekali merasakan isolasi di rumah sakit. Ketidakpastian hasil laboratorium yang selalu menunjukkan reaktif tanpa batas membuat pasien resah. Rasa sakit yang semula berkurang menjadi progresif kembali saat mengalami kondisi isolasi di rumah sakit.

Pasien sudah merasa sehat dan tidak menunjukkan tanda, gejala apalagi keluhan, tetapi hasil swab masih menunjukkan reaktif. Hari ke empat belas tinggal menunggu dua hari lagi si pasien sangat bosan merasa terkurung di dalam sebuah ruangan isolasi memadai.

Pasien mengidamkan pulang ke rumah, apadaya belum dapat izin untuk lanjutan isolasi mandiri di rumah terkait hasil laboratorium reaktif. Satu-satunya andalan alat teknologi menghubungkan komunikasi dengan keluarga, barakallah.... 

Orang tua tidak bisa berbuat banyak hanya doa yang dapat ia panjatkan untuk anaknya tercinta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun