Mohon tunggu...
Nanda Devi Ikasari
Nanda Devi Ikasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hubungan Gender dalam Hasil Prestasi Belajar Siswa

4 April 2024   10:01 Diperbarui: 4 April 2024   10:05 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kalian tahu bahwa gender ini ada hubunganya di dalam prestasi belajar siswa?

Pada dasarnya pendidikan dalam kesetaraan gender ini merupakan suatu perpaduan antara pendidikan dan gender. Di dalam pandangan masyarakat perempuan itu dianggap tidak penting dalam mengenyam pendidikan sehingga ini menjadi penyebab faktor kerugian yang dirasakan perempuan. Begitupun dalam hal lain di pendidikan bisa terjadi melalui faktor sosial dan kultural misalnya, familiaritas terhadap mata pelajaran, gaya penampilan laki-laki dan perempuan serta perlakuan guru terhadap siswa.

Dalam pembelajaran siswa dituntut agar memiliki prestasi belajar yang baik. Di dalam prestasi belajar ini merupakan hasil dari proses yang terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Hal ini yang menjadi faktor dalam mempengaruhi pencapaiannya prestasi belajar terjadi pada jenis kelamin atau gender.

Pengaruh langsung yang terjadi pada gender terhadap prestasi belajar bisa dikarenakan dari perbedaan struktur otak atau perbedaan pola pikir sehingga ada yang mengatakan bahwa prestasi anak perempuan lebih mempunyai hubungan yang positif terhadap prestasinya dibandingkan dengan anak laki-laki. Selain itu, juga bisa dikarenakan pada proses pembelajaran rata-rata anak laki-laki tidak fokus terhadap  pelajaran yang sedang berlangsung mereka malah mengerjakan hal lain jadi anak laki-laki ini bisa dikatakan sangat cenderung memperhatikan pembelajaran. Sedangkan pada anak perempuan lebih menyukai pembelajaran yang bahasa tidak menyukai pelajaran-pelajaran ekstra atau olahraga. Lebih lanjut lagi, terjadi pada ketinggalannya pengetahuan serta kemampuan, dalam pembelajaran di kelas pada dasaranya perempuan dna laki-laki memilki hak dan kesempatan yang sama untuk aktif dalam prosenya. Jadi timbulah perbedaan ini ,maka dari itu guru harus memahami perannya sendiri dan tidka hanya sebagai fasilitator saja tetapi juga harus menjadi guru yang bisa membimbing dan memberikan arah yang benar agar tidak menyebabkan  ketimpangan gender. Selain itu bisa diatasi juga dengan cara berprilaku adil terhadap peserta didiknya dan bisa menanamkan rasa saling menghargai dan menghormati antara teman sebayanya siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun