Pelayanan bimbingan dan konseling tingkat satuan pendidikan menengah atas (SMA) tengah berada pada trend teknologi informasi yang masuk pada fase industri 4.0. Fase ini ditandai dengan munculnya sinergi antara teknologi berbasis internet (online) dengan teknologi konvensional (ofline) yang digunakan oleh seluruh bidang kehidupan, termasuk dalam proses assesment layanan bimbingan dan konseling. Sementara itu, situasi sosial yang terjadi disebut-sebut juga ikut mengalami perubahan akibat perkembangan teknologi informasi 4.0 kini lebih dikenal dengan istilah era society 5.0 dengan ciri khas utamnya adalah kolaborasi hidup antara teknologi dengan manusia dalam berbagai aktivitas. Menyadari situasi tersebut maka Tim Pengabdian Universitas Negeri Malang (UM) mengadakan Pelatihan Pengembangan Aplikasi Need Assesment bagi konselor SMA Se-Kota Kediri. Selogan "The Service City" menjadi inspirasi bagi Tim Pengabdian UM dalam memilih Kediri sebagai salah satu Kota pelopor menciptakan Era Konselor Society 5.0.
Kegiatan Pelatihan Pengembangan Aplikasi Need Assesment Program BK SMA Se-Kota Kediri bekerjasama dengan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) Kota Kediri. Bapak Moh. Nurhadi, S.Pd. selaku Ketua MGBK memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan pelatihan bersama Ketua Tim Pengabdian Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd. yang dihadiri oleh 40 konselor SMA di Kota Kediri.
Ketua MGBK berpesan kepada seluruh peserta agar memanfaatkan momentum pelatihan sebagai media mengembangkan diri dan keilmuan yang dapat membantu peningkatan kinerja disekolah. "Tanggung jawab moral tidak akan lepas dari suatu profesi, karenanya marilah bersama-sama saling menyemangati dalam memberkan pelayanan terbaik kepada siswa" tambah Bapak Moh. Nurhadi, S.Pd. dalam salah satu isi penutup sambutannya, lalu dilanjutkan denangan dokumentasi bersama seluruh peserta kegiatan dan Tim Pengabdian Universitas Negeri Malang.
Ketua Tim Pengabdian Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Nur Hidayah, M.Pd. membawa beberapa anggota diantaranya Dr. M. Ramli, M.A., Dr. Fitri Wahyuni, M.Pd., dan mahasiswa pendamping dari Jurusan Bimbingan dan Konseling yang turut serta membantu proses pelaksanaan dan pendampingan peserta selama kegiatan pelatihan berjalan.Â
Tema utama pelatihan adalah pengembangan keterampilan teknologi informasi konselor tingkat SMA dengan berfokus pada aplikasi Need Assesment Program BK. Aplikasi Need Assesment dipilih karena kebutuhan lapangan yang dialami oleh konselor sekolah berkaitan dengan keterbatasan fasilitas asessment dan tuntutan institusi untuk mahir menguasai teknologi informasi pasca pandemi dalam layanan bimbingan dan konseling. Kegiatan pelatihan bertempat di Aula SMA Negeri 4 Kediri dilakukan secara tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan bagi seluruh peserta dan penyelenggara termasuk Tim Pengabdian Universitas Negeri Malang.
Kegiatan pertama dalam pelatihan adalah pemberian pretest berkenaan dengan pelaksanaan need assesment yang telah berlaku di masing-masing sekolah peserta. Setelah selesai menghinpun pretest, kegiatn dilanjutkan sajian materi oleh Dr. Fitri Wahyuni, M.Pd. dengan topik program bimbingan dan konseling dalam merdeka belajar.Â
Ibu Fitri sebagai penyaji menceritakan bahwa merdeka belajar kaitannya dengan bimbingan dan konseling memiliki relevansi sangat kuat, karena justru pada momentum inilah unjuk kerja konselor sangat diharapkan. Konselor sekolah menjalankan peran ganda selain sebagai fasilitator, namun sekaligus menjalankan peran sebagai sumber data siswa dalam aspek pribadi, sosial, belajar dan karir secara profesional sesuai kebutuhan visi dan misi kurikulum merdeka nasional. Â Oleh karena itu, dukungan kapasitas konselor sekolah dalam memahami dan memanfaatkan berbagai platform teknologi informasi adalah kewajiban baru yang penting dipenuhi. Tujuannya supaya konselor dapat menjalankan fungsi kerja layanan mulai dari menghimpun data, menyusun program kebutuhan, melakukan layanan hingga evaluasi hasil layanan bimbingan dan konseling.
Keberfungsian peran konselor sekolah akan menjadi utuh manakala turut mengundang berbagai pihak profesional untuk bergabung mewujudkan tujuan layanan. Dr. M. Ramli, M.A., sebagai penyaji kedua menegaskan hal tersebut dalam presentasinya. Bapak Ramli yang memiliki latar belakang keilmuan bimbingan dan konseling persekolahan dan membidangi penelitian-penelitian bimbingan dan konseling postmodern pada 10 tahun terakhir menyebutkan bahwa kebutuhan kerjasama adalah mutlak berlaku bagi konselor sekolah. Seperti telah dijabarkan pada berbagai pandangan ahli yang mengatakan bahwa kerja sama menjadi komponen keterampilan individu abad 21.Â
Kolaborasi bimbingan dan konseling dalam merdeka belajar juga akan berdampak pada pengkondisian lingkungan yang ramah bagi konseli, karena mereka akan memiliki kesan bahwa masing-masing pihak nyatanya peduli dan ingin berusaha membantu mewujudkan perkembangan potensi diri serta penyelesaian suatu masalah yang sedang mereka alami.
Situasi hubungan terapiutik yang terbentuk dalam proses layanan dapat diprediksi sesuai progam yang disusun oleh konselor disekolah. Regulasi layanan yang termuat dalam Panduan Oprasional Pelayanan (POP) bimbingan dan konseling pada satuan tingkat pendidikan menyebutkan bahwa satu konselor bertugas memberikan layanan pada 150 konseli. Regulasi tersebut jelas tidak selalu sesuai dengan realitas yang muncul karena masing masing sekolah memiliki sistem kebijakan dan keunikan sumber daya manusia. Menyadari fenomena tersebut, Prof. Dr. Nur Hidayah.M.Pd. sebagai Guru Besar Universitas Negeri Malang dalam sajian materi ketiga menegaskan bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling tetap wajib dilaksanakan dalam berbagai kebijakan kurikulum, termasuk dalam kurikulum merdeka belajar yang mulai diberlakukan oleh pemerintah melalui keputusan menteri pendidikan nasional. Proses evaluasi akan menghasilkan output yang tepat sasaran apabila didukung dengan hasil need assesment konseli di sekolah. Pemanfaatan sistem teknologi informasi menjadi kunci dalam memperoleh sumber-sumber data konseli secara efektif, efisien dan bertanggung jawab, yang akan digunakan sebagai bahan dalam penyusunan program layanan bimbingan dan konseling disekolah.
Rangkaian kegiatan terakhir pelatihan adalah praktik simulasi need assesmen dan daftar cek masalah berbasis online yang dikembangkan oleh Tim Pengabdian Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang pada tahun 2022. Bertindak sebagai pembimbing dalam sesi pelatihan adalah Prof. Dr. Nur Hidayah.M.Pd. yang dibantu dengan mahasiswa sebagai pendamping peserta pelatihan. Kegiatan simulasi ini menjadi penguatan bagi peserta pelatihan setelah mereka mempelajari fenomena dan realitas isu-isu seputar program layanan bimbingan dan konseling merdeka belajar pada pertemuan pertama hingga ketiga. Peserta antusias mengikuti tahapan-tahapan simulasi dan tidak sedikit yang mengajukan pertanyaan seputar cara menghasilkan sebuah media need assesment berbasis online seperti yang telah berhasil dikembangkan oleh Tim Pengabdian Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Malang. Keberterimaan yang ditunjukkan dengan respon aktif peserta selama pelatihan memberikan pesan tersirat sekaligus menegaskan bahwa pelatihan Keterampilan Pengembangan Aplikasi Need Assesment Program BK SMA Se-Kota Kediri adalah jawaban dalam mewujudkan profesionalitas kinerja Era Konselor Society 5.0.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H