Situasi pelatihan ini dimaksudkan supaya peserta memiliki pengalaman belajar yang lebih bervariasi dan tidak sekedar bertatap muka secara langsung seperti rutinitas pekerjaan disekolah. Drs. Lutfi Fauzan, M.Pd. dalam materinya menjabarkan proses-proses konseling, prspektif konseling dalam memandang manusia dan masalah sebagai dua bagian terpisah, serta contoh pelaksanaan konseling naratif disekolah.
Agenda kedua pelatihan adalah pemahaman nilai-nilai kearifan lokal kepada peserta yang disampaikan oleh Prof. Dr. Nur Hidayah M.Pd. Muatan materi pelatihan yang disampaikan beberapa diantaranya adalah hasil-hasil karya penelitian terdahulu yang telah menghasilkan produk-produk konseling berbasis kearifan lokal, termasuk kearifan lokal madura yakni nilai-nilai Bhupa', Bhabu', Ghuru, Rato' dalam parebhasan Madhura.
Produk kearifan lokal parebhasan Madhura menjadi penekanan yang ingin di tegaskan kepada peserta pelatihan, karena pada dasarnya perilaku bercakap-cakap dengan parebhasan Madhura sudah sering dilakukan dalam rutinitas kehidupan sehari-hari.Â
Hanya saja potensi ini dirasa masih belum diundang oleh konselor kedalam ruang layanan konseling ketika memberikan layanan kepada siswa. Prof. Dr. Nur Hidayah M.Pd. juga meyakinkan kepada peserta pelatihan bahwa bekal-bekal Parebhasan Madhura maupun nilai-nilai kearifan Madura lain juga dapat membantu keberhasilan konseling disekolah.
Pelatihan agenda ketiga dilanjutkan bersama Dr. M. Ramli., M.A. dengan kegiatan mengkonstruksi konseling Naratif bermuatan Parebhasan Madhura.Â
Sebagaimana diketahui bersama bahwa Parebhasan Madhura adalah bagian dari perilaku rutinitas, maka pada kesempatan ini, Dr. M. Ramli., M.A. mengajak peserta untuk menciptakan bentuk-bentuk kalimat Parebhasan Madhura yang mudah di pahami lalu mencoba mengucapkan Parebhasan tersebut sebagai bagian dari percakapan konseling yang ramah bersama siswa.Â
Hal ini didasari realitas bahwasanya perjumpaan konseling naratif yang telah berkembang dalam kerangka budaya barat selama ini kurang memberikan situasi nyaman bahkan cenderung introgatif salah satunya karena faktor bahasa antara konselor dan konseli.Â
Peluang tersebut dapat ditmpuh dengan menggunakan Parebhasan Madhura yang memang sudah familiar di telinga masyarakat se-Madura dan mampu menghadirkan rasa nyaman karena bahasa yang jauh dari istilah introgatif.