Mohon tunggu...
Nancy Sgn
Nancy Sgn Mohon Tunggu... lainnya -

I'm orange.. I'm different..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup Bermakna Bagi Sang Pemimpin

26 September 2012   10:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:39 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348654578345098107

Pihak UGM merekomendasikan Ali untuk pindah, dan dengan optimis ia memilih Universitas Himalaya. Tapi lagi-lagi Ali harus kecewa, karena pihak Universitas Himalaya tidak memberi respon dari rekomendasinya.

Namun bukan Ali jika terus larut dalam kekecewaan. Ia tetap bangkit dan menjalankan tugasnya sebagai Dosen FISIP UR. Bahkan hingga karirnya menanjak menjadi Pembantu Dekan Bidang Akademik FISIP UR. ‘’Tahun 2009 kemaren saya mendaftar lagi ke UKM bersama 10 orang dosen FISIP. Jadi sekarang, katakanlah baru akan masuk pendidikan doktor,’’ terangnya lagi.

Memimpin untuk almamater Prestasi Ali terus meningkat. Tak jarang ia membawa kabar baik bagi kampus tempatnya bernaung. Pada Tahun 1991, ia mewakili UR sebagai Dosen Teladan se-Indonesia. Berbagai jurnal dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di beberapa harian lokal dan nasional, menambah dedikasi pria santun ini.

Selain menjadi dosen dan anggota senat yang aktif, Ali juga aktif meneliti, baik di dalam maupun di luar universitas. Beberapa karya penelitiannya ditorehkannya di Laboratorium Jurusan IP FISIP UR, di Pusat Penelitian Industrial dan Perkotaan (PPIP) UR, dan di WWF.

Ia pun dilirik oleh perpolitikan Riau sebagai Ketua Tim Seleksi Panwaslu Provinsi Riau pada beberapa dekade. Baginya, hidup harus bermakna bagi orang lain. Kehadiran kita seharusnya memberi warna, bukan menambah kesusahan; itulah prinsip itulah yang membuat Ali ingin terus mengukir prestasi.

Pada tahun 2003, di tengah lejitnya berprestasi, Ali diangkat sebagai penanggung jawab sementara (pjs) Dekan FISIP UR. Hingga akhirnya ia pun tergerak untuk mencalonkan diri sebagai Dekan FISIP. Ia merasa terpanggil untuk bekerja dan mengharumkan almamater.

‘’Saat itu ada panggilan untuk menjadi dekan. Ini semacam luapan dari risauan dan gagasan yang tidak tersalurkan dan untuk mendapatkan sesuatu yang sulit dilakukan oleh pemimpin sebelumnya,’’ ujarnya tegas.

Ali sadar, untuk memberikan yang terbaik bagi almamater ia harus mengkonkritkannya dengan menjadi orang Nomor I, sehingga benar-benar tahu ‘isi’ di dalam bangku pemimpin tersebut. ‘’Dalam dialog dengan kawan-kawan, saya disarankan untuk terlibat aktif mempersiapkan FISIP diantaranya dengan mempersiapkan SDM dan peningkatan akademis. Mereka membuat saya mau naik.’’

Keputusan yang tepat, Ali menang menjadi Dekan FISIP UR pada Tahun 1996. Ia memimpin tentu dengan berbagai suka dan duka. ‘’Menjadi dekan itu lebih banyak sukanya. Saya bahagia ada bersama mahasiswa yang sukses dalam suatu event, atau dalam kegiatan ekstrakurikuler di berbagai bidang. Saat wisuda, variasi kesuksesan mahasiswa membuat saya bahagia sekaligus haru. Apabila mahasiswa saya tampil sebagai pemuncak atau pemenang, itu kesukaan bagi saya,’’ tukasnya.

Ali adalah juga sosok yang bijak. Ia memimpin fakultas tanpa mengartikannya sebagai pimpinan sepenuhnya. ‘’Saya belajar bahwa ada keterbatasan-keterbatasan walaupun telah menjadi orang Nomor I. Tidak semua yang ada di alam pikiran kita bisa menjadi kenyataan. Ada aturan dan pikiran orang lain yang harus didengar. Jadi, saya seringkali bergelut dengan alam pikiran sendiri, karena semua butuh perencanaan, proses, pemenangan gender, dan lain sebagainya,’’ tuturnya.

Berbagai pikiran dan impian yang belum sempat terealisasi itu pulalah yang mendorong Ali untuk kembali naik sebagai Dekan pada 2009 silam. ‘’Saya ingin melanjutkan program dan ada dorongan untuk memperbaiki hal-hal yang belum sempurna di kepemimpinan yang lewat. Satu hal, saya kurang bisa terima jika mahasiswa hanya ‘kuliah pulang kuliah pulang’ saja, kalau bisa sampai malam kampus ini hidup,’’ ungkapnya optimis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun