Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Geliat Uang Elektronik

8 Maret 2022   22:02 Diperbarui: 8 Maret 2022   22:08 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan dunia teknologi saat ini menyebabkan penggunaan uang elektronik semakin marak dan tren digunakan terutama di kota-kota besar. 

Berdasarkan pengertian dari Bank Indonesia, uang elektronik didefinisikan sebagai alat pembayaran dalam bentuk elektronik di mana nilai uangnya disimpan dalam media elektronik tertentu.

Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media yaitu server based dan berupa chip, dan untuk mengisi uang ini dilakukan top up terlebih dahulu. Top up ini pun relatif mudah dilakukan, bisa melalui fasilitas e-banking, ATM, maupun di beberapa store, franchise minimarket yang telah bekerjasama. 

Uang elektronik ini sendiri dapat digunakan untuk membayar keperluan terutama transaksi yang sifatnya lumayan sering kita lakukan, namun mungkin dalam nominal yang tidak terlalu besar, seperti pembayaran tol, parkir elektronik, pembayaran sarana transportasi, belanja di swalayan/supermarket yang bekerjasama dengan uang elektronik tersebut maupun belanja di e-commerce. 

Saya sendiri mempunyai tiga uang digital server based di smartphone, terutama saya gunakan untuk transaksi antar bank, mengisi pulsa dan token listrik dan online shopping. Ini pun dikarenakan biaya transfer yang Rp 0 dan biaya admin yang murah.

Kecanggihan dan kemudahan yang ditawarkan uang digital telah mengubah gaya hidup masyarakat di perkotaan umumnya menjadi lebih cashless. 

Sebenarnya perkembangan ini cukup baik, tapi di sisi lain kemudahan yang ditawarkan membuat kita menjadi lebih konsumtif alias boros, terutama untuk kaum hawa seperti saya. Godaan terbesar setiap menerima gaji bulanan adalah bagaimana saya mengontrol niat dari membeli barang yang diinginkan, bukan yang dibutuhkan, misalnya saja beli baju, tas dan sepatu.

Okelah, masa pandemi ini masih membatasi ruang gerak kita untuk bepergian belanja, saya bahkan dalam tahun ini belum pernah ke mall, heheh. Namun, tidak bisa terhindar dari e -commerce yang berseliweran di sosial media, yang penting ada saldo di uang digital, ini yang sebenarnya membuat saya lebih menggila lagi. 

Awalnya penasaran atau sekedar cuci mata, klik sana-sini sambil rebahan, masukkan ke keranjang, tergoda, tinggal checkout, verifikasi di uang digital dan terkuraslah saldo. Untuk itu, perlunya penguasaan diri dan manajemen keuangan agar tidak kebablasan sehingga kita tidak terjebak dalam lingkaran kemudahan ini, seperti kembali ke perumpamaan kuno, tidak lebih besar pasak dari tiang.

Dalam laporan tahunan BI 2021, disebutkan transaksi uang elektronik pada 2021 diperkirakan mencapai Rp 40.000 triliun atau akan naik 41,2% secara tahunan (year on year).

Jika lima tahun lalu saya paling takut kehilangan atau kelupaan membawa dompet jika keluar rumah, saat ini saya bahkan lebih panik jika tidak memegang smartphone. Sejalan ini, tersedianya sistem pembayaran digital menyebabkan penggunaan uang kertas semakin berkurang. Tapi mungkin ini belum terlalu signifikan untuk di daerah pedesaan dan tidak berlaku untuk kaum lansia yang tidak melek teknologi. 

Beberapa tips aman dalam bertransaksi menggunakan uang elektronik :

1. Meregistrasikan uang elektronik. Pastikan untuk mengisi dan melengkapi tahapan registrasi sesuai dengan identitas diri dan item yang diminta. Ingat, jangan pernah membagikan kelengkapan data diri ke pihak manapun dan dengan alasan apapun.

2. Menggunakan verifikasi keamanan dua arah. Untuk keamanan ganda, penggunaan PIN ataupun OTP jangan dibagikan ke pihak lain juga, apalagi jaman sekarang banyak modus yang terkesan meyakinkan kita sehingga bisa terperdaya. Untuk membuka aplikasi di smartphone kita, verifikasi via finger dan face sebenarnya lebih aman ketimbang PIN . Jika merasa diperlukan, sebaiknya gunakan keamanan ganda ini.

3. Bersihkan smartphone dari virus atau rawat chip / kartu anda. Pastikan smartphone bersih dari virus agar tidak mengganggu transaksi dan menyebabkan hal yang merugikan transaksi kita nantinya.

4. Hindari transaksi menggunakan wifi publik. Saat bertransaksi ataupun membuka hal-hal yang sifatnya sensitif atau berhubungan dengan identitas pribadi di smartphone maupun laptop sebaiknya hindari menggunakan fasilitas wifi publik. Hal ini demi menjamin keamanan kita kelak.

5. Jangan meletakkan saldo terlalu banyak di uang digital/elektronik karena uang kita belum mendapat jaminan dari LPS (Lembaga Penjamin Simpanan).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun