Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sebuah Pagi

16 Februari 2022   09:38 Diperbarui: 16 Februari 2022   09:41 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Langit baru saja menampakkan warna,

Matahari mulai menggeliat siap di antara sinarnya,

Di bawah jalanan padat merayap, 

Para pemburu nafkah, pencari ilmu sedang bergairah.

Namun semuanya melambat,

Tatkala di tengah jalan sesosok insan bergerak tak tentu,

Berani sekali dia,

Apa tidak takut mati,

Tapi, lihatlah dia

Tanpa alas kaki, seluruh tulangnya menonjol,

Dengan tanpa baju yang melekat,

Hanya sehelai kain di tengah tubuhnya,

dengan rambut yang entah kapan pernah basah.

Mulutnya komat-kamit, pandangannya liar,

Mana dia peduli dengan riuh sekeliling.

Sebentar berhenti, sebentar laju,

Siapa yang tau apa maksudnya,

Pikiran mengalahkannya, dia lelah melebihi kita,

Mungkin dia tak sanggup lagi menanggung beban,

Dia kalah dalam pertarungan.

Semuanya seakan memberi hormat,

Sama seperti ketika mendengar lagu ibu pertiwi,

Ritme perlahan di jalanan.

Pekanbaru, 16.02.2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun