Langit baru saja menampakkan warna,
Matahari mulai menggeliat siap di antara sinarnya,
Di bawah jalanan padat merayap,Â
Para pemburu nafkah, pencari ilmu sedang bergairah.
Namun semuanya melambat,
Tatkala di tengah jalan sesosok insan bergerak tak tentu,
Berani sekali dia,
Apa tidak takut mati,
Tapi, lihatlah dia
Tanpa alas kaki, seluruh tulangnya menonjol,
Dengan tanpa baju yang melekat,
Hanya sehelai kain di tengah tubuhnya,
dengan rambut yang entah kapan pernah basah.
Mulutnya komat-kamit, pandangannya liar,
Mana dia peduli dengan riuh sekeliling.
Sebentar berhenti, sebentar laju,
Siapa yang tau apa maksudnya,
Pikiran mengalahkannya, dia lelah melebihi kita,
Mungkin dia tak sanggup lagi menanggung beban,
Dia kalah dalam pertarungan.
Semuanya seakan memberi hormat,
Sama seperti ketika mendengar lagu ibu pertiwi,
Ritme perlahan di jalanan.
Pekanbaru, 16.02.2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H