Mohon tunggu...
Nancy S Manalu
Nancy S Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - I am K-lover

To understand yourself, write

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria Tua dengan Rompi Oranye

3 Februari 2022   12:10 Diperbarui: 3 Februari 2022   12:21 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari gurat di wajahnya, pria tua itu mungkin berusia sekitar 60 tahunan. Tinggi badannya kira-kira 155cm, baju dan celananya lusuh, mungkin karena sering dipakai atau jarang dicuci, dengan rompi berwarna oranye dan sandal jepitnya yang kebesaran. 

Di jam-jam seperti ini, jam 12 siang sampai jam 3, dia sibuk sekali, matanya dan langkah cepatnya tak henti-henti memantau 'barang' di lahannya.

Di jalanan sempit tetapi ramai dan terkenal sebagai wilayah tempat nongkrong dengan cafe, restoran bergengsi dan beberapa salon ternama di dekat sini, tapi bukan hanya itu, ada juga beberapa perkantoran elit dan instansi pemerintahan di sekitarnya. 

Tak heran, antrian dan kemacetan panjang adalah hal biasa namun, entah kenapa, masih banyak saja pengguna jalan lain memilih jalur ini, mungkin karena jalan sempit ini adalah penghubung seperti jalan tikus menuju jalan lainnya atau banyak yang terhipnotis dengan suasana modern di jalan ini. 

Seorang pria berseragam yang mungkin berusia pertengahan 30an atau bisa saja lebih muda dari ini, karena tubuhnya yang besar bersama dua orang teman wanitanya dengan seragam kerja yang sama, tertera jelas nama dan instansi mereka, tapi hanya dengan melihat sekilas pun, kelihatan bahwa mereka adalah para abdi negara. 

Mereka keluar dari sebuah restoran ternama di jalan ini. Sudah lewat jam 2 siang, mari kita mencoba berpikir positif kenapa mereka baru keluar dari tempat makan tersebut pada jam ini. 

Mungkin bertemu dengan klien penting atau ada acara spesial atau mereka bertiga terlambat menikmati jadwal istirahatnya sehingga meninggalkan jam kantor lazimnya. Mereka bertiga masuk ke sebuah sedan tua hitam sambil tertawa satu sama lainnya, kelihatan sangat menikmati. 

Si pria duduk di depan setirnya. Agak susah keluar dari kerumunan parkir kendaraan di depan restoran itu, belum lagi melihat jalan sempit itu sedang macet dan untuk mengeluarkan mobilnya, dia menambah kemacetan baru di jalan tersebut.

Si pria tua dengan sigap berlari dan membunyikan pluitnya berkali-kali untuk memandu mobil sedan itu, dan akhirnya tugasnya selesai. Pria tua itu menunggu dengan sabar untuk jasanya tetapi si pria berseragam terlihat berceloteh dan mobil itu perlahan berlalu darinya. Pria tua itu tersenyum tabah dari mata layunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun