Mohon tunggu...
Anas Isnaeni
Anas Isnaeni Mohon Tunggu... Administrasi - -ASN DJPb Kemenkeu-Alumni STAN 2010-Alumni Universitas Brawijaya 2019-

Seorang pembelajar kehidupan dan perekam momen-momen yang ada di dalamnya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ambiguitas Diri

18 April 2011   07:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:41 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang harus diri lakukan? Bagaimana caranya menepis ambiguitas itu? Mengapa tak bisa warna putih saja yang mendominasi dalam hati?

Maka takutkanlah diri kepada Alloh SWT akan azab dan balasannya yang pedih bagi orang-orang yang luput dari perintah-Nya... Maka ingatkanlah diri akan pengawasan Alloh SWT yang begitu Maha Mengetahui apa yang diri kerjakan... Maka pikirkanlah diri tentang kehidupan akhirat yang nantinya akan kau jalani dengan apa yang telah kau perbuat di dunia...

Semua pemahaman itu muncul dari kekuatan pikiran yang mengendalikan tindakan diri. Ambiguitas ini begitu abstrak, tetapi keabstrakan itu dapat dihadapi dengan keabstrakan ketegasan kekuatan pikiran yang berusaha menepisnya. Pergelutan keabstrakan ini ada dalam alam pikiran.

Kuasai pikiranmu, wahai diri... Condongkanlah ia pada pemahaman untuk menepis ambiguitas ini...

Nurani juga merupakan tameng yang sangat diperlukan. Nurani akan memberikan sensor apabila diri telah melakukan tindakan yang menyimpang. Sensor itulah menjadikan adanya kerisauan dan ketidaknyamanan.

Maka, pekalah pada nurani, wahai diri... Tanggaplah akan peringatan yang ia berikan padamu...

Hati boleh saja lalai mengingat-Nya karena Rasul pun memaklumi adanya hal yang demikian sebagaimana diterangkan pada lanjutan penggalan kisah Hanzhalah, “Wahai Hanzhalah, ada saatnya begini, ada saatnya begitu. Seandainya hati-hati kalian senantiasa keadaannya sebagaimana keadaan ketika ingat akan akhirat, niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian, hingga mereka mengucapkan salam kepada kalian di jalan-jalan.Ada saatnya untuk manusia memikirkan akhirat dan ada saatnya mengurusi penghidupan di dunia yang sedikit banyak dapat membuatnya lalai.

Akan tetapi, kelalaian ini haruslah dijaga karena lalai adalah kondisi yang rawan. Seumpamanya dapat diibaratkan ia seperti berada di tepi jurang dan sangat berpotensi untuk jatuh terperosok dalam jurang. Akan lebih baik apabila mencegah diri untuk tidak terperosok daripada sudah terlanjur jatuh dan begitu susah payah untuk kembali bangkit lagi.

Maka, tegaskanlah warna putih di hatimu, hai diri! Tepiskanlah ambiguitas yang telah membuat dirimu begitu hampa dan galau... Iringkanlah pinta doa, “Ya Alloh, yang Maha Membolakbalikkan hati, tetapkan hati ini dalam dien-Mu, tetapkan hati ini dalam ketaatan kepada-Mu,” pada Rabb-mu Yang Maha Mendengar...

*suatu nasehat untuk diri*

Paseban, 9 Februari 2011, 22:35

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun