Mohon tunggu...
Nay Yuripatasha
Nay Yuripatasha Mohon Tunggu... Editor - Nayla Yuripatasha Komaruddin

SMP Labschool Rawamangun's Student

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cerita dari Tangan dan Pengalaman, SAKSI 2019

4 Februari 2019   18:49 Diperbarui: 5 Februari 2019   12:13 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulpen ini menari di atas kertas putih, menodainya dengan tinta hitam. Tak terasa SAKSI 2019 baru saja ditutup beberapa jam lalu. Bis yang membawaku pulang kini melintasi jalan tol. Setengah dari penumpang bis ini kini sedang berkunjung ke dunia mimpi karena lelah dan kantuk yang membanjiri. Mataku beberapa kali tertutup, namun keinginanku untuk menulis ini semua terus mendorong tanganku untuk mengambil buku dan pulpen.

Ingatan luar biasa ini terus terpantul di kepalaku. Ingatan akan rasa senang dan bangga yang tersembunyi dalam celah-celah rasa kesal dan dendam. Juga ingatan yang dibakar habis oleh ambisi dan semangat.

Aku ingat. Beberapa hari lalu. Tanggal 1 Februari 2019. Di hari itu, kakiku menanjak berates-ratus anak tangga seraya bernyanyi bersama kawan-kawan dan memandang keindahan hutan tersebut.

Tangga-tangga suci menanti,

lirik lagu itu terus mengalir keluar dari mulut perserta SAKSI 2019. Kami bangga bisa memenuhi panggilan tangga-tangga itu.

Di Gunung Sangga Buana.

Ucapkan lirik tersebut dengan lantang. Ucapkan lirik tersebut dengan bangga. Kami bangga dapat memenuhi panggilan Gunung Sangga Buana.

Rumput hijau, penuh berduri.

Pepohonan, semak-semak, rerumputan yang ikut menari bersama. Kami bangga dapat berjumpa dengan mereka.

Di sana ada gunung yang menanti.

Gunung Sangga Buana. Di sana siswa-siswi SMP Labschool Jakarta angkatan ke-27 akan dibina dan ditempa. Di sana, dimana SAKSI 2019 akan dimulai.

Akhirnya kami sampai. Sangga Buana, tempat pelatihan para kostrad.

Hari pertama di Sangga Buana.

Hari dimana pengalaman baru ini akan menjadi bagian dari diriku.        

Pada awalnya, aku terus memandang ke segala arah. Aku memandang jauh kesana- kemari. Pandang, pandang, pandang, pandangan pertama~ awal aku berjumpa~ Ihiiy~

Oke, mulai dah kaga bisa focus.

Hari pertama di Sangga Buana. Beribu materi bahkan sudah meresap masuk ke dalam otakku. Beratus-ratus pengalaman sudah mendobrak masuk ke dalam diriku. Dan bermiliar semangat sudah membakar setiap jengkal tubuh ini.

Para kostrad yang berperan sebagai pelatih mendidik kami. Jika diibaratkan sebagai sebuah ukiran, para kostrad adalah pisau ukir dan kami adalah kayunya.

Satu dari beratus-ratus pengalaman yang paling ngena pada kami. Kemungkinan besar, seperempat atau bahkan setengah dari kami akan pulang ke rumah masing masing sambil menyembunyikan rasa dendam kepada nasi (jangan tanya-tanya).

"Kalian kesini untuk mengasah jiwa kepemimpinan, bukan rekreasi."

Ya, jiwa kepemimpinan, solidaritas, semangat juang, kecintaan kami akan Indonesia. Semuanya kami asah dan kembangkan. 3 hari, 2 malam. Selama 3 hari dan 2 malam, kami akan dibentuk dan lahir sebagai seseorang yang baru.

Hari kedua. Tanggal 2 Februari 2018. Setengah dari kami berhasil membuka mata si pagi hari sebagai sosok yang lain namun sama. Sosok dengan kepribadian yang lain. Sosok yang lebih mandiri dan berkemimpinan.

Bagaimana denganku? Aku masih saja bangun sebagai seorang bayi. Lemah dan tak bisa apa-apa. Namun, aku percaya kesempatan kedua masih terbuka lebar. Masih ada kesempatan untuk berubah. Dan kesempatan itu adalah hari ini.

Disiplin adalah nafasku,

Prestasi kebanggaanku,

Belajar segala-galanya.

"Jika kau ingin berubah, maka pilihan itu ada di tanganmu. Dan jika kau ingin menetap, pilihan itu juga ada di tanganmu."

Hari kedua kami jalani dengan cukup baik. Lumpur dan air bukanlah penghalang maupun rintangan. Semua kami injak seperti ranting kurus kering yang terdampar di tanah. Selama kita berpegangan tangan, rintangan yang seolah-olah ranting itu tak akan menjadi lebih dari setitik debu.

Sumpah, gw udh gak kuat ngetik tanpa basa-basi dan penuh pesan moral kaya gitu. Sekarang, gimana klo gw mulai mengetik dengan bahasa yang santai aja kaya biasanya?

Peraturan dalam menulis artikel dalam Kamus Yuri: Jangan terlalu serius, orang serius nanti kuburannya sama aja sama yang gak serius.

Nah, sampai mana kita tadi? (Ciri-ciri bocah yang penyakit lupaannya murni dari janin).

Oke, intinya SAKSI 2019 itu asyik. Saking asyiknya kami gak ada yang berakhir di rumah sakit. (Sumpah, seriuasan asyik banget. Kaga ada yang salah ngomong jadi SIKSA)

Jalan-jalan ke Sangga Buana

Disana kami dibina dan ditempa.

Kok kalian  bacanya kaya lagi baca pantun?

Kan gw cuman mau bagi-bagi pengalaman :)

Yak, gw nyalin ini dari buku catetan ke computer malem-malem soalnya tadi sempet kebablasan hibernasi singkat. Soo, langsung ke penutupan aja, yak. Klo baca artikel yang panjang kan setau gw juga kaga enak :)

"Upacara penutupan SAKSI 2019 telah selesai, laporan selesai."

Dan dengan itu, SAKSI 2019 SMP Labschool Jakarta angkatan ke-27 resmi ditutup. Sampai jumpa di SAKSI 2020!

***

Jakarta, 3 Februari 2019

Nayla Yuripatasha Komaruddin

***

Tiga hari dua malam di Sangga Buana

Selalu dibina dan siap sedia

Nafas disiplin dan sikap sempurna

Berjuang demi

LABSCHOOL JAKARTA!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun