Mohon tunggu...
NANA SURYANA ALJOE
NANA SURYANA ALJOE Mohon Tunggu... Dosen - Dosen IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Pemerhati Pendidikan Dasar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsep Katahanan Diri dalam Perspektif Tasawuf

6 Desember 2023   15:28 Diperbarui: 6 Desember 2023   15:38 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.batemuritour.com/detail/artikel/2742/3-makna-sabar-dalam-islam-yang-harus-kamu-tau

Dalam konsep bela negara, ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang terintegrasi, berisi keuletan, dan ketangguhan dalam mengadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar untuk menjamin identitas, integritas, dan kelangsungan hidup suatu bangsa dan Negara.

Islam mengajarkan sebuah ajaran kerohanian yang disebut dengan tasawuf. Tasawuf menekankan pentingnya manusia untuk mengenal Tuhan. Ajaran tasawuf lebih menekankan pada pendidikan hati, pengamalan dan penghayatan terhadap agama yang dalam hubungan sosial akan mengakibatkan terkendalinya tingkah laku maupun perbuatannya karena senantiasa merasa melihat ataupun dilihat oleh Tuhannya.

Dalam konsep tasawuf, manusia adalah makhluk Allah yang terdiri dari unsur jasmani dan ruhani. Dalam diri manusia dikenal bagian-bagian halus disebut latifah sebagai tempat bersarangnya hawa nafsu.
Konsep tujuh latifah ini pertama kali di ajukan oleh Syekh Ahmad Naqsyabandi, seorang sufi pada abad ke 11.

Tujuh Latifah tersebut adalah 1) Latifatul Qolbi (Nafsu amarah), 2) Latifatur Ruh (Nafsu Mulhimah/Sawiyah), 3) Latifatus Sirri(Nafsu mutmainah), 4) Latifatu Khofi (Nafsu Mardiay/Rodhiyah), 5) Latifatu Akhfa (Nafsu Mardliyyah), 6) Latifatu Nafsun Natiqa (Nafsu Amarah), dan 7) Latifatu Kullu Jasad(Nafsu Kamilah):

Latifah-latifah tersebut menjadi penyokong terhadap hakikat manusia, sebagaimana keempat unsur penting sebuah negara yakni rakyat, wilayah, pemerintahan, dan pengakuan dari negara lain. Ketika keempat unsur tersebut maka eksistensi sebuah Negara bubar, begitu pun manusia.

Agar eksistensi manusia, maka manusia harus memiliki ketahanan diri yang ditandai dengan keuletan, dan ketangguhan dalam mengadapi dan mengatasi segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar diri manusia untuk menjamin identitas, integritas, dan kelangsungan hidupnya. Kondisi tersebut bisa terwujud ketika tujuh latifah senantiasa dibersihkan.

Dalam amalan sebuah tarekat, dzikir merupakan alat untuk membersihakan penyakit hati. Selain itu melalui dzikir kepada Allah secara istiqomah, maka akan menyebabkan orang tersebut memiliki ketangguhan, keuletan, dan tenang dalam menghadapi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan baik dari syaitan maupun hawa nafsu.  Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra'd (13) ayat 28 yang artinya; (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun