Ujian bagi setiap manusia-termasuk siswa dan mahasiswa sebuah keniscayaan. Salah satu bentuk ujian bagi siswa dan mahasiswa adalah ujian tengah semester dan akhir semester.Â
Sekian banyak hal persiapan yang tidak kalah urgen dalam menghadapi ujian akademik tersebut adalah pastikan sudah lunas biaya adiminstrasi (UKT), tersedianya kuota yang memadai, dan jaringan internet yang lancar ketika ujian dilaksanakan secara on line.Â
Gambaran persiapan ujian tersebut, menimbulkan pertanyaan apakah dengan ujian akan melahirkan kebahagiaan atau justru bagian dari ujian kabahagiaan. Sebab pada kenyataan perasaan ketakuatan dan kecamasan lebih dominan dibanding ketenangan. Kita sadar sesadar-sadarnya bahwa ujian menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap manusia.
Sebagai pendidik, saya sering menjadi pengawas ujian. Ada banyak pemandangan mencuri perhatian saya. Sebelum pengawas masuk kelas peserta sudah duduk rapi, wajah penuh ketegangan, tidak jarang mereka rebutan tempat duduk padahal sudah ada nomor peserta. Tak lama kemudian pengawas masuk sambil membawa map berisi soal ujian.Â
Pengawas meminta para peserta duduk sesuai tempat duduk, kartu ujian dikeluarkan, dan berdoa. Setelah semua rapi, pengawas mulai membagikan lembar. Mulai ruangan menjadi sepi, peserta dengan tekun mengerjakan soal.Â
Waktu ujian pun habis, para peserta serentak mengumpulkan lembar jawaban dengan semangat seolah-olah mereka ingin melepas semua ketegangan dan kecemasan pada saat ujian tadi dan mereka pun keluar ruangan.
Ekspresi psikologis yang mereka alami di dalam kelas nampaknya masih terasa sampai di laur kelas; ada yang masih terlihat tegangan, tidak puas karena tidak dapat menjawab seluruh soal, ada yang menganggap soal tertalu sulit, ada juga yang menganggap waktu tidak cukup, dan banyak lagi certia lainnya.
Ujian dalam Kontes Agama IslamÂ
Islam mengajarkan, selagi manusia hidup maka ujian pun pasti ada. Bahkan hidup ini adalah ujian. "Patutkah manusia menyangka baawa mereka akan dibiarkan dengan hanya berkata: "Kami beriman", sedang mereka tidak diuji (dengan sesuatu cobaan)"? (Al-Ankabut: 2). Bentuk ujian pun bermacam-macam. "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang sabar." (QS. Al-Baqarah 2: 155).
Melalui firman Allah di atas, menyakinkan kita bahwa Ujian pun bagian dari proses ujian. Apakah dengan Ujian kita akan bahagia atau tertindas. Jawabnya pasti ingin bahagia dan lulus. Menurut Martin Seligman ada tiga dimensi kebahagiaan dalam hidup, yaitu The pleasant life (hidup yang menyenangkan), The good life (hidup yang baik), dan The leaningful life (hidup yang berarti).
Sejatinya ujian mampu melahirkan manusia-manusia yang memiliki dimensi kebahagian tersebut. Kebahagiaan sejati seseorang tidak bisa diukur dengan nilai yang bagus, banyaknya harta kekayaan, status atau pangkat sosial dalam kemasyarakatan, dan semua kemewahan yang dimiliki oleh seseorang. Kebahagiaan yang sejati dan hakiki adalah ketenangan hati seseorang. "Yang namanya kaya (ghina') bukanlah dengan banyaknya harta (atau banyaknya kemewahan dunia). Namun yang namanya ghina' adalah hati yang selalu merasa cukup." (HR. Bukhari dan Muslim).
Agar hati menjadi tenang maka isilah hati dengan selalu mengingat Allah. "Ketahuilah bahwa dengan berzikir kepada allah hati menjadi tenang.." (QS. 13:28). Pada saat melaksanakan Ujian isilah hati dengan mengingat Allah, insya Allah hati menjadi tenang dan penuh perhitungan dalam menjawab soal sehingga nilai baik pun akan diraih.Â
Ketika nilai baik dan kita lulus, insya Allah kebahagiaan pun akan diraih. Selamat menempuh Ujian bagi siswa para siswa, semoga Allah selalu memberikan ketenangan, kelancaran, dan kemudahan bagi kita semua. Amin yaa rabbal 'alain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H