Mohon tunggu...
NANA SURYANA ALJOE
NANA SURYANA ALJOE Mohon Tunggu... Dosen - Dosen IAILM Suryalaya Tasikmalaya

Pemerhati Pendidikan Dasar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sabar dan Syukur Ala Semut

3 November 2023   10:50 Diperbarui: 3 November 2023   11:35 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak kenal dengan makhluk yang satu ini. Ia selalu hadir ke tempat-tempat yang ada gula dan manis. Ia sering menjadi sebuah peribahasa keseharian manusia, ‘’dimana ada gula di situ pasti ada semut’’.

Semut adalah semua serangga anggota suku Formicidae, bangsa Hymenoptera. Semut memiliki lebih dari 12.500 jenis (spesies), yang sebagian besar hidup di kawasan tropika. Sebagian besar semut dikenal sebagai serangga sosial, dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur beranggotakan ribuan semut per koloni. Anggota koloni terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Dimungkinkan pula terdapat kelompok semut penjaga. Satu koloni dapat menguasai daerah yang luas untuk mendukung kehidupan mereka. Koloni semut kadang kala disebut "superorganisme" karena koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan. Meskipun ukuran tubuhnya yang relatif kecil, semut termasuk hewan terkuat di dunia. Semut jantan mampu menopang beban dengan berat lima puluh kali dari berat badannya sendiri, dapat dibandingkan dengan gajah yang hanya mampu menopang beban dengan berat dua kali dari berat badannya sendiri. Semut hanya tersaingi oleh kumbang badak yang mampu menopang beban dengan berat 850 kali berat badannya sendiri. (www. id.wikipedia.org)

Dari sekian banyak makhluk Allah SWT, semut termasuk makhluk yang diabadikan Allah SWT dalam al-Quran dengan surat al-Naml (Surat ke 27). Dari semut tersebut ada banyak hal yang dapat kita pelajari, satu diantaranya belajar sabar dan syukur kepada Allah SWT.

Diceritakan dalam buku 99 kisah menakjubkan dalam al-Quran, karya Ridwan Abqory (2007), seekor semut sedang berjalan tertatih-tatih dengan sebutir kurma yang cukup besar dipunggungnya. Dengan penuh kesabaran sang semut terus berjalan perlahan-lahan agar bisa sampai ke tempat tujuan. Ditengan perjalanan, dia berpapasan dengan seorang yang mulia yakni nabi Sulaiman As. yang memiliki kemampuan berbicara dengan binatang.

‘’Untuk apa kamu membawa-bawa kurma itu, wahai semut?’’ tanya nabi Sulaiman. Kemudian sang semut berhenti menyeret kurmanya, lalu dia menjawab pertanyaan nabi Sulaiman. ‘’Kurma ini diberikan Allah SWT untuk makananku selama satu tahun’’. Setelah mendengar pertanyaan sang semut, nabi Sulaiman bergegas pergi. Hal ini membuat sang semut bingung dan heran.

Tak lama kemudian nabi Sulaiman datang kembali dengan sebuah botol kosong dan sebutir kurma yang sudah dibelah. Kemudian nabi Sulaiman berkata, ‘’Tinggalah di botol ini, Aku akan memberi sepotong kurma untukmu. Tahun depan Aku akan kembali dengan sepotong kurma lagi untukmu’’. Semut menggangguk. Kemudian sang semut masuk ke dalam botol dan nabi Sulaiman meletakkan sepotong kurma, dan nabi Sulaiman pun pergi.

Hari demi hari silih berganti, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Semut berdiam di dalam botol tanpa pergi ke mana-mana. Yang menemani hanyalah sepotong kurma yang menjadi persediaan makanannya sampai nabi Sulaiman datang. Setahun terasa begitu lama dirasakan sang semut. Namun dengan sabar dia tetap di dalam botol.

Tepat satu tahun, nabi Sulaiman kembali menemui semut itu. nabi Sulaiman sangat terkejut melihat sepotong kurma yang dahulu ia tinggalkannya ternyata masih banyak tersisa. Kemudia dia bertanya, ‘’Mengapa kamu tidak menghabiskan kurmamu, wahai semut?’ Semut tersenyum, ‘’tentu saja, kurma itu tidak akan habis karena aku hanya mengisap sarinya. Kadang-kadang aku pun berpuasa sehingga kurma tetap awet’’.

Nabi Sulaiman bertanya lagi, mengapa engkau tidak memakan buahnya? Semut pun menjawab, ‘’Engkau bukan Tuhan sang pemberi rezeki. Oleh karena itu bagaimana aku yakin engkau akan kembali lagi setahun berikutnya untuk memberikan lagi sepotong kurma’’. Nabi Sulaiman tertegung mendengar jawaban sang semut. Beliau tidak percaya yang sudah dilakukan dan dikatan semut itu membuatnya belajar tentang arti kesabaran dan rasa syukur. Semut ternyata lebih mengerti arti sabar dan syukur kepada Allah SWT atas semua rezeki yang ia dapatkan selama ini. Wallahu ’alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun