Mohon tunggu...
Nana Podungge
Nana Podungge Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang blogger b2wer teacher

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penyair yang Penyihir

2 November 2010   15:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:53 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


“Sebab siluman tak suka mendongeng. Sebab mereka memiliki suara yang aneh. Jika engau ingin tahu adakah sosok di hadapanmu suatu jelamaan, perhatikanlah suaranya.”

(Manjali dan Cakrabirawa, hal. 97)


Dan begitulah: aku temukan jawabannya. Engkau pasti sejenis siluman yang menyaru menjadi seorang penyair, yang entah dengan alasan apa mencoba membuat sang feminis bertekuk lutut. Bukankah tiap kali kita berkomunikasi tau tak banyak bercakap, ‘hanya’ melontarkan banyak tanya yang kemudian menyihirku untuk berbincang tentang segala yang ingin kau tahu dalam hidupku: masa laluku, berapa lelaki yang telah kutiduri, model bercinta bagaimana yang paling kusukai, seberapa panjang foreplay, berapa kali orgasme yang kuidamkan di setiap pergumulan, obrolan cerdas tentang apakah yang kusukai manakala ‘pertandingan’ telah usai: feminisme, bias jender, diskriminasi sosial, spiritualitas, relijiusitas nan semu, ekonomi, politik, ahh …


Dengan sihirmu aku menjawab semua tanyamu dengan riang gembira, lepas tanpa beban, tanpa merasa terinterogasi, bahkan hingga kadang kala aku merasa aku telah menjelma menjadi seorang exhibionist; di balik penampilan manisku aku adalah si bitchy yang liar, yang anggap ranjang sebagai ajang pertarungan: memperkosa atau diperkosa. Hanya ada dua probabilitas: taklukkan aku! Atau kutaklukkan engkau! Dan suara silumanmu yang aneh menambah sensasi  ganas dalam darahku: “aku harus menaklukkanmu!” hingga kau pun semakin terbakar nafsu untuk menekukku!


Kala hampir mencapai puncak yang kudaki dengan susah payah namun indah, buzz … kau menghilang! Bersamaan  dengan angin dingin yang melintas hanya sesaat. Aku terpelanting, jatuh ke dalam kerak bumi. SENDIRI.

Duhai penyair pujaan ribuan wanita: penyihirkah engkau?


P. S.:
1. Jika terjadi kemiripan kisah, maka itu adalah ketidaksengajaan yang indah. Tulisan ini murni terinspirasi dari “Manjali dan Cakrabirawa” karangan Ayu Utami.

2. Jika saya terdengar begitu meracau, maklum, sedang dalam masa PMS. (You guys will never understand unless you were born as female. LOL.)
--------- --------- ----------


Gombel Lama 09.10 200910

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun