Mohon tunggu...
nanang suryana
nanang suryana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Airlangga Hartarto: Masa Depan Partai Golkar

30 April 2016   22:29 Diperbarui: 30 April 2016   22:53 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah politik Indonesia, tidak mungkin dilepaskan dari guratan narasi sejarah perjalanan Partai Golongan Karya (Golkar). Partai Golkar adalah partai politik dengan nama besar dan rekam jejak yang sudah tidak diragukan lagi dalam kancah politik nasional. Sejak didirikan pada Oktober 1964, partai yang pada awalnya bernama Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) ini, sudah berhasil mengarungi ganasnya samudera politik Indonesia terhitung lebih dari lima dekade usia bangsa. 

Dalam sejarahnya, setidaknya tercatat ada 2 (dua) momentum penting yang berhasil dilalui Partai Golkar. Dua momentum ini adalah pertaruhan masa depan organisasi di masa awal kelahirannya, dan potensi kehancuran di ujung masa pemerintahan Presiden Soeharto. Momentum ujian pertama bagi Golkar adalah ketika pergantian kekuasaan dari Presiden Soekarno (Orde Lama) kepada Presiden Soeharto (Orde Baru). 

Sebagai rumah yang baru berdiri dengan pijakan dan pengalaman yang masih belum terlalu mapan, Golkar ternyata berhasil melesat menjadi organisasi peserta pemilu yang menjadi basis elektoral rezim Orde Baru. Kedua, ketika proses politik dan arus demokratisasi yang melanda Indonesia akhir tahun 90-an, dengan memuncaknya ketidakpercayaan publik pada Partai Golkar, berkat kematangan organisasi beserta kader-kaderya, Golkar mampu keluar dari himpitan jurang kehancuran, dan tampil menjadi partai moderen yang hidup ditengah semangat demokratisasi yang tidak terbendung lagi.

Pengalaman survivalitas Partai Golkar dalam ganasnya politik nasional, nyatanya semakin mematangkan konsolidasi internal guna menghadapi rongrongan agresi pihak eksternal yang tidak menginginkan kebesaran partai. Oleh karena itu, menyambut momentum rekonsiliasi internal dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Mei mendatang, kesediaan menilik kebelakang guna menghayati kembali perjalanan panjang Partai Golkar dalam survivalitas politik nasional, kiranya dapat menjadi jembatan asa guna melihat masa depan Partai Golkar kedepannya. 

Jika sebelumnya, Partai Golkar sudah berhasil melalui ujian politiknya dalam menghadapi momentum dinamika politik eksternal, kini Partai Golkar dihadapkan pada tantangan selanjutnya guna bisa menjadi contoh bagi partai politik lainnya, dalam melakukan proses pelembagaan partai secara elegan, dengan berhasil melalui momentum rekonsiliasi yang akhirnya memilih ketua umum yang kembali akan membawa kebesaran dan kejayaan partai.

Di antara nama-nama besar yang banyak  bermunculan ketengah publik sebagai kandidat Ketua Umum Partai Golkar, nama Airlangga Hartarto kiranya sangat layak mendapat perhatian khusus. Sosok kader kelahiran Surabaya ini menawarkan gagasan yang menjadi kunci keberhasilan Golkar melewati masa panjang perjalanan politiknya di Indonesia. Airlangga datang dengan semangat: Golkar Yang Progresif, Pembaharuan, Kuat dan Aspiratif. Kemampuan Golkar untuk bisa survive dan tetap menjadi rahim yang melahirkan banyak pemimpin bangsa selama ini, tak lain karena Golkar mampu adaptif terhap perubahan yang sedang terjadi, dan semangat itu pula yang digagas Airlangga sekarang ini. 

Kemelut konflik internal yang menyandera proses pelembagaan partai beberapa waktu kebelakang, harus ditengahi dan disudahi oleh sosok dan semangat muda yang mampu adaptif terhadap kebutuhan konstitutuen hari ini. Kesediaan Airlangga untuk turun langsung dan menjumpai secara terbuka kader-kader di daerah adalah bukti nyata kepeduliannya pada pengembangan organisasi dengan langsung menyerap aspirasi kader secara demokratis. 

Selain itu, dengan semangat muda yang membumi, Airlangga berhasil memanfaatkan peluang penggunaan media komunikasi alternatif melalui media sosial sejalan dengan laju perkembangan teknologi informasi yang sudah tidak mungkin dihindari lagi. Kemauan dan kemampuan guna melihat peluang seperti ini lah yang dibutuhkan Partai Golkar hari ini. Partai Golkar membutuhkan pemimpin baru yang mampu menjadi simbol organisasi, sekaligus dekat dengan kader dan konstituen di semua segmen dan lini. Golkar adalah partai rakyat, dan sejatinya harus kembali kepangkuan rakyat.

Hal lain yang menjadi keunggulan Airlangga Hartarto adalah, sikap pribadi Airlangga yang mampu berdiri secara moderat guna memandang secara objektif kiprah seniornya di Partai Golkar seperti dukungannya pada ide besar Skema Visi Negara Kesejahteraan 2045 yang dikemukakan oleh Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Golkar yang akan segera demisioner. Dukungan ini jelas merupakan sebuah hal yang positif dan objektif, karena selaras dengan laju bonus demografi Indonesia pada tahun yang sama. Kemampuan untuk berdiri dan melihat peluang secara jernih seperti inilah, yang pada akhirnya akan menjadi simpul rekonsiliasi pada Munaslub nantinya. Simpul yang hadir dalam sosok yang hanya berpihak pada kepentingan organisasi.

Dengan semangat pembaharuan sebagaimana diatas, semua itu sudah dibalut dalam ungkapan optimisme sosok Airlangga Hartarto yang mengatakan setiap zaman melahirkan anak-anak zamannya sendiri, setiap periode politik tertentu memiliki era pemimpinnya sendiri sesuai kebutuhan dan tuntutan zaman. Ya, karena begitulah kaum muda, dia tak pernah menawarkan  masa lalu, yang ia tawarkan adalah masa depan. Jayalah Golkar! #SaveGolkar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun