kumasuki negeri-negeri asing, di mana entah, mungkin dalam kepala yang menyimpan dongeng,
kita adalah para pendongeng, yang menyimpan ingatan, sekecil apapun peristiwa,
terkalah dimana akan berakhir cerita, terkalah, hingga dipahami segala, mungkin mimpimu menjelma
aku ingin mendongeng untukmu, dongeng yang entah, dongeng yang tak pernah ada, hingga kau takjub
mungkin tentang engkau yang menelusur jalan ke cakrawala, membusurkan harap ke bintang-bintang yang jauh,
aku ingin dongeng yang selalu berbahagia, mungkin bunga-bunga mekar, atau cuaca yang selalu cerah ceria, katamu
mari, aku dongengkan tentang malam yang pekat, dan setitik bintang, terang yang nyata di kelam langit
sebutir bintang di langit yang hitam, cahayanya sampai di matamu, mungkin rindu yang diisyaratkan, dari balik waktu
dari balik waktu, dari bilik waktu, merambat cahaya secepat cahaya, ukurlah jarak rindu terjauh,
cahaya yang berbeda, cahaya yang hanya ada di dalam sebuah mata, penuh cinta
mari kita tafsirkan isyarat, kerdip cahaya, bintang di kejauhan: bunga-bunga yang mekar, wewangian murni, harum tubuhmu
jangan lekas tertidur, dongengku belum selesai, atau mungkin kau bosan? mendengar dongeng di dalam kepalamu sendiri
penunggang cahaya, pangeran yang merindu cahaya mata, mengisyaratkan rindu, dengan titik debu bintang, kerdip yang sampai
di matamu cahaya berenang-renang, kesenyapan yang menghisap segala kenang, dari balik waktu, dari bilik waktu, cahaya
dan aku adalah cahaya, di dalam mimpimu, yang mendongeng malam ini, untukmu
Malang, 5 Mei 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H