Mohon tunggu...
Nanang Sunarya
Nanang Sunarya Mohon Tunggu... Lainnya - Mengaji dan Membumikan Diri

Peminat Sosial Budaya, Sekretaris Umum PGRI Provinsi Jambi, Pemandu Acara BERANDA BUDAYA TVRI JAMBI, Pengurus Dewan Pendidikan Provinsi Jambi, Jambi, Instruktur Contextual Teaching and Learning, Alumni Jhon Thompson Fellowship,Education International Consortium Project

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kembali

23 Juni 2022   11:10 Diperbarui: 23 Juni 2022   11:19 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali hujan menemui basahnya setelah sekian lama mendiami rahim awan yang setia pada langitnya. kembali hujan menemui basahnya di pelataran bumi setelah sekian lama menyimpan celoteh anakanak jalanan. kembali hujan menuntunku pada ayatayat basah di sepanjang jalan.

kembali siang kemarin kematian mengetuk di pintu rumah poselku. Ia menuliskan nama Sri Novrida---sahabat organisasi di PGRI Jambi, pengurus Badan Khusus Perempuan PGRI Jambi, guru SMP Negeri 14 Kota Jambi, yang sudah menerima surat mandate oraginsasi untuk mengikuti Workshop Trasnformasi Perempuan PGRI tanggal 27 s.d. 30 Juni 2022 di Jakarta, dan telah menyatakan kesiapannya untuk mengikuti kegiatan tersebut dalam percakapan telepon---Ia kembali setelah menyelesaikan dialog panjang dari rahim bunda sampai pada rahim dunia, yang menyajikan ruang waktu pergulatan: peperangan kesetian dan pesta ketidakbermaknaan. Ia kembali menemui catatannya.

Kembali setiap kematian menghampiri, ada duka yang menganga pada wajah kaum kerabat, pada wajah teman sejawat, pada wajah kaum pelayat. Kesedihan pun tumbuh menjadi kebun di sepanjang pelataran: yang memutartayangkan kembali cerita, peristiwa, kenangan, dan harapan. Duka, kesedihan, kehilangan berhamburan di mana-mana. Tapi, lambat laun semuanya akan hilang seiring waktu yang kembali menawarkan cerita, peristiwa, kenangan, dan harapan baru. Tapi, kematian itu tidak pernah berhenti menemui kita: kembali menemui catatan-Nya.

Kembali kematian mengajarkan kita tentang konsepsi datang dan pergi. Sebelum ada pergi pastilah datang bermula. Setiap ada datang pastilah pergi menyertai. Konsep datang dan pergi itu sangat sederhana sekali, mudah dipahami dan mudah dilakukan. Tak ada prosedur khusus  untuk penerapan konsepsi datang dan pergi. Bahkan datang dan pergi bukanlah sebuah konsep karena ia senantiasa menemani setia aktivitas individu sehari-hari. Seperti Band Letto mengukir lirik Ruang Rindu:

Kau datang dan pergi oh begitu saja
Semua kut'rima apa adanya
Mata terpejam dan hati menggumam
Di ruang rindu kita bertemu

Kembali kematian menjemput paksa rasa takut kita----karena ketika kita ditanya: siapkah jika kematian itu datang detik ini juga kepada kita? Hanya kita masing-masing yang bisa menjawabnya

Kembali kematian mengekang dzikir kita----karena "kesibukan" yang melintasi ruang waktu dalam setiap aktivitas kadang melalaikan kita pada kesetiaan hamba; karena "kelantangan" pikiran kita kadang mengalahkan suara panggilan yang menyebar di ketinggian toa; karena atas nama "manusia biasa" kita memaklumkan raayuan dan godaan.

Kembali kematian mengundang kita berdoa: ajari kami senantiasa makna perhambaan. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun