Adakah keterkaitannnya antara terorisme yang terjadi dengan agama?
Berikut ini adalah pandangan dari Presiden, Menteri Agama, Pimpinan Pesantren Daarut Tauhid Aa Gym (KH Abdullah Gymnastiar), dan Uskup Keuskupan Agung Jakarta Ignatius Suharyo.
"Terorisme adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan tidak ada kaitannya dengan agama manapun. Semua ajaran agama menolak terorisme apapun alasannya" Kata Presiden Jokowi dalam jumpa pers di RS Bhayangkara Surabaya (13/05/18).
"Pelaku aksi bom itu adalah orang-orang yang tidak memegangi nilai-nilai agama karena tidak ada agama manapun yang ajarkan aksi terorisme," Kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin seperti dikutip Antara (13/05/18)
"Tidak ada agama manapun yang membenarkan teror seperti ini. Apalagi islam, agama rahmatan lilalamin, pembawa rahmat bagi seluruh alam. Yang menjunjung tinggi akhlakul karimah", Kata Aa Gym seperti dikutip detik.com (14/015/18).
"Masalahnya jelas bahwa ini bukan masalah agama, tetapi masalah yang menyangkut negara kesatuan. Ini menurut saya disadari bersama-sama, yang dicederai bukan agama komunitas tertentu yang gerejanya dibom, tetapi dicederai oleh tindakan sangat mengerikan ini adalah kebersamaan kita sebagai negara kesatuan dan bangsa," Kata Ignatius Suharyo Uskup Keuskupan Agung Jakarta seperti dikutip kompas.com (13/05/18).
Begitu kata para Tokoh penting di Indonesia (umaro dan ulama) menyikapi aksi terorisme baru-baru ini yang memakan belasan korban puluhan terluka. Semua sepakat bahwa aksi teror tersebut dikutuk keras dan tidak ada kaitannya dengan agama manapun.
Aksi teror antara lain terjadi di Mako Brimob (08/05/18), Gereja Surabaya (13/05/18), dan di Mapotabes Surabaya (14/05/18). Pada insiden ini, yang menjadi korban adalah dari pihak polisi dan jamaah gereja yang berniat beribadah di gereja.
Apakah agama islam mengajarkan aksi terorisme yang keji, hina, pengecut, tidak berperikemanusiaan, dan hal-hal lain yang tercela?
Melalui Nabi Muhammad SAW, islam datang dengan tugas mulia menyempurnakan akhlak. Dalam kepemimpinannya, Nabi Muhammad SAW telah berhasil membangun peradaban manusia dari budaya yang jahiliyah menjadi budaya yang berakhlakul karimah.
Siapa yang paling baik keislamannya maka parameternya adalah akhlaknya. Jika ingin melihat orang islam yang paling sempurna imannya, maka lihat saja bagaimana akhlaknya sehari-hari. Akhlak menjadi simbol orang islam yang sukses dalam pemahaman agama dan dalam pelaksanaan ibadah.
Setidaknya ada 3 ciri-ciri seorang muslim dikategorikan berakhlak baik, yaitu tidak merugikan orang lain, menyenangkan orang lain, dan berspirit menjadi yang terbaik dalam memberi manfaat terhadap sesama.
Adakah bukti bahwa islam itu berakhlak, anti kekerasan, empati, penuh kebermanfaatan, bagian dari solusi, dan memberikan keteladanan yang baik?
Bisa saja ada orang beragama islam  yang tersesat dan terjebak melakukan bom bunuh diri membunuh yang tak berdosa, karena ia berada dalam kesombongan, yaitu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Sehingga melupakan nilai-nilai mulia dalam islam, lalu mati dalam keadaan diri merasa benar (padahal salah) atau mati dalam kesombongan. Pemicunya bisa karena 2 hal, karena telah belajar ke orang yang salah yang pemahaman islamnya belum kaffah dan bisa karena semangatnya telah dimanfaatkan (mungkin secara global) untuk strategi memecah belah, sehingga tanpa disadari ia dijadikan pion dari sebuah kepentingan besar untuk menghancurkan persatuan dalam islam dan dalam berbangsa.
Namun, cobalah kita tengok islam sebagaimana yang ada di Pesantren Daarut Tauhid pimpinan Aa Gym. Semua santri hafal, paham, dan didorong terus untuk mengamalkan nilai-nilai khas yang tujuannya menjadikan lebih taat kepada Allah dan lebih bermanfaat bagi sesama manusia. Jauh dari nilai-nilai kesombongan, hina, jiwa pengecut, dan tidak berperikemanusiaan.
Ajakan seperti luruskan niat sempurnakan ikhtiar, lakukan lupakan, dan lainnya terus disuarakan dan diterapkan sebagai budaya agar semua dapat berbuat baik dengan tulus, lurus, dan ikhlas.
Dalam menjaga persatuan, Aa Gym membudayakan prinsip 3 semangat. Pertama, semangat bersaudara, Â menanamkan pemahaman bahwa kita semua bersaudara. Kedua, semangat solusi, setiap masyarakat ditantang untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada di sekitarnya. Ketiga, semangat sukses bersama.
Dan supaya akhlaknya baik, Aa Gym membagikan prinsip Tiga SA (saya aman bagimu, saya menyenangkan bagimu, dan saya bermanfaat bagimu).
Dalam bahasa bukti, Aa Gym dan segenap kekuatan di Pesantren Daarut Tauhid, telah memberi banyak kebermanfaatan, telah sering menjadi bagian dari solusi, dan memberi keteladanan.
Di momentum 212 (02/12/2016), Aa Gym bersama 10.000 santrinya tercatat sejarah telah membuat monas menjadi bersih bebas sampah usai monas dikunjungi oleh lebih dari 7 juta orang yang mengadakan aksi 212.
Melihat "contoh jadi" sebuah islam yang sejuk, damai, dan rahmatan lil lamin seperti yang Aa Gym budayakan. Rasanya, sungguh tidak berdasar jika ada yang mengaitkan aksi terorisme dengan agama, apalagi agama islam.Â
Bagaimana cara menyikapi aksi terorisme yang ada?
Mari sikapi ini semua dengan bersih hati dan dengan sikap terbaik. Kita sebagai bangsa Indonesia akan rugi jika adanya peristiwa seperti ini menyikapinya dengan emosional, dengan tidak jernih, terjebak dalam cara berpikir menang-kalah yang menjadikan kita tidak dewasa dalam berbangsa, sehingga potensinya kita malah menjadi terpecah belah. Â Kejadian yang terjadi adalah pedih. Hanya saja sebaiknya kita jadikan ini semua sebagai momentum untuk kita bersatu padu.Â
Kita perlu mengetahui akar masalah sebenarnya, agar kita semakin mantaf dalam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus tetap berbaik sangka terhadap sesama serta saling menguatkan.
Alangkah baiknya juga jika kita meneladani Aa Gym, yang dalam banyak kesempatan sering mengajak dalam merekatkan bangsa fokusnya adalah merubah diri sendiri, seperti saat akan menyikapi sesuatu, termasuk dalam menyikapi peristiwa aksi teror yang ada  adalah didasari oleh jawaban yang baik atas pertanyaan-pertanyaan untuk diri sendiri seperti "Saya itu solusi atau masalah di negeri ini?", "Saya ngasih keteladanan apa untuk negeri ini?", "Sudahkah saya berbuat dengan tulus mempersembahkan yang terbaik?".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H