Banjir Ciledug Cirebon yang terbesar pertama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir
Ini pengalaman pertama warga Blok Pamosongan dan Kampung Baru Desa Ciledug Lor Kecamatan Ciledug Kabupaten Cirebon menghadapi musibah banjir besar setelah 30 tahun lebih. Banjir Ciledug Cirebon, khususnya di desa Ciledug Lor Cirebon pada tanggal 23 Februari 2018 mulai pkl 01.00 WIB (jam 1 malam) mencapai ketinggian lebih dari 3,5 meter.Â
Banjir Ciledug Cirebon menyisakan banyak kisah pilu dan haru. Air yang datang dari sungai begitu cepat. Beruntung manula dan anak-anak sempat diungsikan ke tempat yang aman. Hanya saja beberapa terjebak banjir dan menyelamatkan diri dengan naik ke atas atap-atap rumah.Â
Banyak warga terjebak banjir dan menyelamatkan diri dengan naik ke atap rumah, karena banjir ketinggiannya hingga seatap rumah
"Saya pikir seperti banjir kemarin yang hanya sampai setinggi 1 meter. Banjir kali ini berbeda, ketika air masuk desa, kemudian mencapai 1 meter, air bertambah semakin cepat, sangat cepat sekali ketinggian air dari hanya 1 meter menjadi melebihi kepala. Saya dan 4 orang lainnya bahu membahu saling menyelamatkan. Mendekati atap rumah yang kokoh, kemudian membuang genteng-genteng pada atap untuk memudahkan kita dapat menaiki atap rumah. Alhamdulillah kami berlima berhasil menyelamatkan diri di atas atap rumah" Kata Toing (38 Th)/Warga asli desa terdampak banjir di Ciledug Lor yang berprofesi sebagai tukang pangkas rambut di desa ini.Â
Toing menambahkan, "Kita berlima ada yang menangis, ada yang sholawatan, suasana gelap sekali, dingin, lapar dan lainnya dirasakan. Di antara kegelapan kami mendengar suara tangisan ibu-ibu dan anak-anak, teriakan minta tolong juga kami dengar, hanya saja kami tiada berdaya menolong, karena kampung saat itu sangat gelap dan air begitu kencang arusnya. Dibarengi kekhawatiran terjadi kenaikan air lebih tinggi. Kita merasakan saat itu, sangat berharap bantuan evakuasi"
Kisah-kisah penyelamatan mengharukan
Banjir Ciledug Cirebon yang mencapai puncaknya pada tanggal 23 Februari 2018 dengan mencapai ketinggian hingga sampai atap rumah telah menyisakan kisah-kisah keteladanan dalam spirit penyelamatan. Di selatan desa, ada seorang nenek yang tidak mau diselamatkan ke atas tangga, dengan berkata "Saya memilih pasrah, mati juga gak apa-apa". Namun dengan segenap kekuatan dan paksaan, beruntung sang nenek berhasil diselamatkan.
Salah satu penyelamat dari banyak sosok-sosok yang berjiwa penyelamat saat banjir datang diantaranya adalah Aksan. Aksan dikenal sebagai ustadz di Desa Ciledug Lor.Â
Dari Hendra Gunawan (28 Th) diceritakan saat arus air deras, "Pilihannya adalah secepatnya kita naik ke atas atap. Hanya saja saat itu kami melihat Ustadz Aksan sibuk menolong warga menaiki atap rumah. Saya melihat Ustadz Aksan sibuk mendahulukan warga yang masih belum aman atau belum naik ke atap rumah untuk bisa menaiki atap rumah.Â