Mohon tunggu...
Nanang E S
Nanang E S Mohon Tunggu... Guru - Orang yang tidak pernah puas untuk belajar

Penggiat literasi yang mempunyai mimpi besar untuk menemukan makna dalam hidup.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar dari Jejak Musafir Literasi

21 Maret 2017   08:36 Diperbarui: 21 Maret 2017   08:53 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngainun Naium saat berbagi inspirasi dan motivasi literasi.

Namun, di balik itu yang perlu diketahui bahwa sedikitya 22 karya yang dikembalikan redaktur sampai pada akhirnya karya ke 23-nya tersebut berhasil dimuat. Semenjak itulah nama lelaki kelahiran delapan bersaudara tersebut, yang awalnya tidak banyak orang tau, mendadak dikenal oleh warga kampus bahkan sebagian mencarinya. Perjuangan tersebut menjadi awal dari perjalananya menembus media-media lain, macam kompas yang selalu diimpikannya.

***

Dari kisah perjalanan panjang tersebut sekaligus memperkuat ungkapan Djoko Saryono di atas, menulis membutuhkan kesabaran proses yang luar biasa. Atau dalam ungkapan Tegsoe Tjahjono, “penulis harus tahan banting, harus mempunyai kebesaran hari”, atau juga ungkapan M. Uki AStro, “butuh perang tanpa henti”.

Rintangan berbagai rintangan dalam pendakian literasi telah Ngainun Naim alami sampai membentuk dirinya menjadi salah satu lelaki yang kuat dalam menungkan segala gagasan. Perjalanan pendakian media yang membutuhkan nafas panjang itu kemudian berlanjut semasa kuliah di Yogyakarta. Ia berinisiatif mengembangkan tulisannya dalam dunia perbukuan.  Dimulai dengan berkunjung ke berbagai penerbitan yang ada di Yogyakarta untuk mencari informasi mengenai rencananya membukukan tulisannya.

Hingga akhirnya lelaki berkaca mata itu kini sudah membuahkan hasil karya yang luar biasa. Sampai saat ini sedikitnya sudah ada puluhan buku yang lahir dari goresan pemikirannya. Sekaligus berkat pendakian literasinya tersebut mencatat namanya menjadi salah satu orang yang berpengaruh dalam duia perliterasian nasional. Karena literasi jugalah, beliau mengatakan “dipercaya menjadi dosen, dipercaya menjadi ketua prodi, dipercaya mengurus penelitian, dan dipercaya mengurus hal-hal lainnya.” Bahkan kini sebagian karyanya sudah dikenal diberbagai negara, yaitu di Malaysia, Filipina, Thailand, dan lainnya.

 Alagkah indahnya perjuangan suci ini kemudian menular pada para generasi kita. Di tengah merebaknya kemudahan, yang mempermudah para musyafir literasi untuk mengejar puncak pemaknaan,  justru kehilangan romantika perjalannanya. Kebudayaan instan, justru tumbuh dengan baik dalam kehidupan kita.   

Belajar dari perjalanan ini, ada pesan penting yang ditekankan pada akhir pertemuannya. Pesan itu kurang lebih demikian, “Paksalah untuk menulis, jangan terpengaruh oleh lingkungan tetapi pengaruhilah lingkungan, sebab penulis adalah makhluk yang langka dalam kehidupan kita saat ini.(Red/Nanang ES).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun