Pendidikan vokasi di Indonesia terus berkembang, seiring dengan kebutuhan akan lulusan yang siap kerja dan memiliki keterampilan praktis. Salah satu inovasi yang muncul dari SMK Negeri 1 Kudus adalah pembuatan Modul Ajar mata pelajaran Desain Manual dan mata pelajaran Menjahit Fase F, hasil karya mahasiswa Praktik Lapangan Persekolahan (PLP) atau UNNES LANTIP 4 yang bernama Restu Diva Aulia dengan bimbingan intensif dari guru-guru mata pelajaran di sekolah ini. Modul ini bahkan mendapatkan apresiasi resmi dari sekolah sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi langsung dalam pengembangan pembelajaran.
Jenis Produk: Modul Ajar Desain Manual dan Menjahit Fase F
Modul ajar ini digunakan di kelas XI DPB 1 & 2 dan memiliki cakupan yang lengkap mulai dari tujuan pembelajaran, kriteria ketuntasan, hingga jobsheet dan daftar pustaka. Dengan penyusunan yang detail dan sistematis, modul ini memberikan panduan yang jelas baik bagi pengajar maupun siswa.
Penghargaan dari sekolah diberikan dalam bentuk sertifikat apresiasi yang ditandatangani oleh Kepala Jurusan Tata Busana serta Kepala Sekolah, lengkap dengan stempel sekolah. Sertifikat ini menandakan bahwa modul ajar tersebut tidak hanya disetujui, tetapi juga telah diimplementasikan dan dinilai bermanfaat dalam proses pembelajaran di SMK Negeri 1 Kudus.
Dari pengalaman mahasiswa yang menyusun modul ini, dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam setiap tahapan penyusunan. “Gaya penulisan dan tata letak modul yang saya pelajari di kampus berbeda dengan yang diterapkan di SMK Negeri 1 Kudus,” katanya. Tantangan ini akhirnya bisa teratasi melalui konsultasi yang intensif dengan guru mata pelajaran, dan modul ajar tersebut berhasil diselesaikan dengan total 8 pertemuan.
Proses Kreatif di Balik Penyusunan Modul
Proses penyusunan modul ajar ini tidak sekadar menyalin materi, tetapi juga menggabungkan berbagai teknik pembelajaran yang menarik. Penulis modul harus berkonsultasi berkali-kali dan melalui tahapan revisi agar setiap bagian modul sesuai standar yang diharapkan sekolah.
Salah satu perubahan signifikan adalah penggunaan QR code yang disisipkan dalam bahan bacaan. Dengan memindai QR code, siswa bisa langsung mengakses video tutorial praktek, menjadikan proses belajar lebih interaktif dan mudah dipahami. Inovasi ini membuat siswa dapat melihat langsung langkah-langkah praktis melalui video, bukan hanya mengandalkan teks di buku.
Keunggulan Modul: Teknologi QR Code untuk Mempermudah Pembelajaran
Hal yang membuat modul ini menarik adalah penggunaan teknologi QR code di dalam bahan bacaan, yang memudahkan siswa memahami langkah-langkah praktek secara visual. Bagi siswa SMK yang lebih membutuhkan pemahaman langsung dalam praktik, metode ini tentu sangat membantu. Modul ini juga didesain agar lebih interaktif, menggabungkan teks dan video, sehingga siswa merasa lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran.
Menurut guru mata pelajaran, modul ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan modul sebelumnya. “Modul ajar ini jauh lebih baik dari modul ajar sebelumnya,” ujar guru tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara mahasiswa UNNES LANTIP 4 dan guru mapel mampu menghasilkan produk yang tidak hanya relevan, tetapi juga lebih unggul.
Manfaat Modul bagi Guru dan Siswa
Modul ajar ini diharapkan dapat menjadi referensi berharga bagi guru-guru mata pelajaran Desain Manual dan Menjahit di SMK Negeri 1 Kudus. Dengan adanya panduan yang lebih komprehensif dan penggunaan media yang variatif, diharapkan modul ini bisa menjadi acuan dalam menyusun metode pengajaran yang inovatif.
Dengan penyusunan modul ini, mahasiswa UNNES LANTIP 4 telah berkontribusi langsung dalam proses pengembangan pembelajaran di SMK Negeri 1 Kudus. Semoga modul ini dapat bermanfaat secara luas dan memberikan inspirasi bagi guru dan siswa di SMK lain dalam menyusun modul yang kreatif dan praktis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H