"Healer terbaik untuk badan kita adalah diri kita sendiri" - Aldini Pratiwi Salim
Kalimat yang langsung membuat saya memiliki koneksi yang kuat dengan pernyataan tersebut.
Dalam sesi kelas Aldini Pratiwi Salim, seorang Spiritual Awakening Coach dan Quantum Healing Faciliator, saya belajar bahwa penyakit tubuh yang kita derita, bisa disebabkan karena diri kita terlalu mengandalkan logika, mengabaikan intuisi yang secara alami kita miliki dan hidup berdasarkan ekspetasi orang lain.Â
Tubuh kita sendiri memberikan signal apa yang kita pendam selama ini.Â
Karena tidak kita keluarkan secara tuntas, maka yang timbul adalah penyakit, yang  tidak menutup kemungkinan malah menjadi penyakit yang ganas, seperti kanker.
Dalam kelasnya Kak Tiwi, sapaan akrab untuk Aldini Pratiwi Salim, beliau banyak menjelaskan tentang hubungan emosi yang kita rasakan dengan penyakit yang timbul.
Misalkan autoimun, itu disebabkan karena diri kita terlalu mengikuti ekspetasi orang lain. Bahkan kriteria orang lain yang ditentukan untuk kita malah menjadi prioritas, bahkan pedoman hidup kita.
Kemudian, ada gerd yang disebabkan karena diri kita merasa tidak punya kendali atas hidup kita dan orang lain. Dan sebagainya.Â
Jadi penyakit yang kita derita merupakan pesan agar kita memperhatikan kesehatan mental diri kita.Â
Ketika kita bisa melepaskan emosi kita dengan baik, maka penyakit apapun bisa sembuh. Karena badan kita sangat mampu untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Nah, bagaimana caranya?
Ada delapan cara yang bisa kita lalui, salah satunya adalah meditasi.Â
Meditasi yang saya pelajari adalah meditasi Chakra, dimana meditasi ini melibatkan energi dari tangan kita yang dihasilkan dari gosokkan kedua tangan, kemudian ditempelkan pada masing-masing chakra, yang berhubungan dengan organ penting dalam tubuh kita.Â
Dimulai dari tulang ekor, yang disebut root chakra. Lalu ada sacral chakra, yakni alat kelamin kita. Kemudian ada heart chakra, yakni organ. Throat chakra, yakni tenggorokan. Solar plexus chakra, yakni ulu hati. Third eye chakra yakni mata, dan crown chakra, yakni kepala.
Ketujuh chakra ini berhubungan dengan apa yang kita rasakan selama ini, dan ketika salah satu chakra ini merasa terabaikan, maka timbulnya adalah penyakit.
Panas yang ditimbulkan oleh gosokan kedua tangan kita, menyalurkan energi pada masing-masing organ yang disimbolkan dalam chakra, seakan "menyentuh" diri kita supaya organ kita tahu bahwa kita menyadari peran pentingnya para organ tubuh, dan kita akan mulai menyayangi diri kita dengan "mendengar" tubuh kita sendiri.
Ketika meditasi, kita akan memasuki beberapa tahap gelombang sadar, yaitu gamma, beta, alpha, theta dan delta.Â
Tahap tertinggi dalam meditasi adalah delta, yakni tertidur pulas.Â
Karena saat itu saya masih meragukan diri saya untuk bermeditasi, maka tahap gelombang sadar saya masih berada di gamma, artinya masih sadar penuh, dan otak saya masih berisi banyak pikiran.
Namun panas tubuh yang saya rasakan karena gosokan kedua tangan, dan pertemuan antara panas tangan dengan organ tubuh yang merupakan simbol chakra, membuat tubuh saya lebih rileks, dan hati saya terasa begitu damai.Â
Saya datang dalam keadaan tidak bersemangat, namun pulang dengan kondisi ingin tidur melepas lelah. Keesokan harinya, saya merasa sangat produktif.Â
Rasa semangat produktif itu sudah hampir sebulan hilang dari diri saya, tanpa alasan yang jelas. Dan hal tersebut cukup mengganggu saya.Â
Ada apa? Dan mengapa?
Ingin belajar lebih lanjut tentang meditasi, maka saya mengikuti kelas Kak Tiwi kembali yang berlokasi di Jivaraga, Setiabudi, Kuningan.
Disana saya diajarkan meditasi dengan cara tiduran, sambil mendengarkan musik yang begitu tenang.Â
Pertama kalinya dalam meditasi, saya masuk dalam tahap gelombang theta, dimana saya bisa mendengar suara "saya".Â
Dan hal yang selama ini terpendam dalam diri, dan selalu berusaha mengatakan ke diri sendiri "Bisa, Na, hayuk, bisa.", "Gapapa, semuanya bisa berlalu", dan ternyata itu semua terpendam hingga ingin menangis sejadi-jadinya.
Beruntung masih bisa dikendalikan, jadi yang keluar hanyalah air mata saja dan isakan yang tertahan.
Usai kelas meditasi, ada rasa lega dan damai yang saya rasakan.Â
Dan hal tersebut memberikan efek nagih dalam diri, karena sepertinya saya merindukan "diri saya".Â
Diri yang sudah tidak lagi saya kenali siapa saya, karena efek terlalu mendengarkan logika, dan ekspetasi orang lain, serta tuntutan kebutuhan hidup.
***
Pertemuan dengan kelas Kak Tiwi, berawal dari perkenalan saya dengan Kak Mardew, seorang wellness practitioner sekaligus tarot reader.
Kartu tarot yang saya ketahui hanya sebatas digunakan untuk meramal saja.Â
Tapi ternyata fungsinya lebih dalam lagi.
Menurut Kumparan.com, kartu tarot merupakan simbol kebijaksanaan, spiritualitas, dan intuisi yang melintasi zaman dan budaya. Lanjut, kartu tarot sendiri merupakan alat meditasi dan refleksi meditasi yang kuat.
Bagi Kak Mardew sendiri, tarot merupakan media untuk healing, sekaligus melatih intuisi diri.
Pembacaan kartu tarot yang tepat terhadap kliennya, dikarenakan kecocokan energi Kak Mardew dan kliennya, juga adanya vibrasi energi yang dipancarkan oleh sang klien.Â
Setiap makhluk hidup di dunia memiliki energi, begitu pula dengan manusia. Ada energi yang saling terkoneksi antara sesama manusia, alam, hewan dan Tuhan.
Diusia 30 tahun lebih, ketika orang lain mungkin tahu apa yang harus dilakukan, saya malah kehilangan arah. Padahal bisa dibilang saya baik-baik saja dengan kehidupan yang saya jalani saat ini.
Bukan kehidupan yang ingin saya jalani, tapi setidaknya tidak membuat saya tersiksa. Namun, gejolak dalam diri untuk mencari makna dan tujuan hidup semakin tinggi.Â
Apalagi bersliweran selama ini tentang human design, dimana setiap manusia memiliki blueprint-nya masing-masing yang telah ditentukan oleh Tuhan.Â
Dengan kita tahu human design diri kita, maka kita akan mengetahui tujuan hidup kita apa.
Ada perubahan dalam hidup yang ingin saya jalani, sekaligus mengisi kekosongan jiwa yang entah kenapa saya rasakan. Maka, saya pun tertarik untuk dibacakan energi saya via kartu tarot dan human design oleh ahlinya.
Dan, bagai dejavu, kalimat "mesti menyembuhkan masa lalu", kembali terucap melalui kartu tarot tersebut.
Kalimat tersebut pernah disarankan oleh psikolog yang saya datangi sebelum pernikahan. Kemudian, kembali disebutkan oleh praktisi Tapas Accupressure Technique (TAT) pasca perceraian saya.Â
Masa lalu tersebut, menurut psikolog dan terapis, sangat mempengaruhi emosi saya yang begitu cepat naik dan turun, rasa tidak bahagia, kekhawatiran yang amat sangat dan banyak hal lainnya, yang pasti akan sangat menganggu dalam hubungan personal dengan pasangan, juga karier.
Namun selalu berakhir dengan kebencian yang begitu mendalam, hingga akhirnya saya memutuskan untuk belajar menerima apa yang sudah terjadi dalam hidup saya.Â
Toh, tidak akan diri saya saat ini, bila tidak melalui masa lalu, yang kata mereka, cukup traumatik.
Saya selalu membuat afirmasi dalam diri saya, bahwa saya baik-baik saja. Karena katanya, kan, afirmasi akan menjadi magnet yang kuat agar kita semangat dalam menjalani hidup.
Namun tidak bisa dipungkiri rasa kekhawatiran terus menghantui, walau emosi saya sudah jauh lebih stabil, dikarenakan mengikuti terapi essential oil untuk sistem saraf.
Pasca meninggalnya mama, dan peristiwa kecelakaan yang saya alami, saya memutuskan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan, kecuali amat sangat darurat.Â
Karena pengalaman saya yang membuat saya menyimpulkan bahwa obat dan vitamin yang kita konsumsi yang kita pikir baik untuk tubuh, bisa menjadi bumerang bila tidak bijak.
Dari bacaan kartu tarot, Kak Mardew pun merekomendasikan kelas meditasi yang di-coaching oleh Kak Tiwi. Dan pernyataan Kak Tiwi sangat menyentuh batin saya, ketika beliau mengatakan bahwa healer terbaik untuk tubuh kita, ya, kita sendiri.
Terlalu banyak informasi yang kita terima dan kebutuhan finansial yang tinggi, seringkali kita lupa untuk mendengarkan tubuh dan diri sendiri.Â
Tanpa kita sadari, bisa jadi kita memaksa diri kita agar hidup sesuai standar dengan apa yang beredar di sosial media. Mengabaikan lelah dan memendam amarah hingga tidak menyadari cara melepaskan emosi-emosi negatif.
Meditasi, bisa menjadi kita belajar untuk kembali "mendengarkan" diri sendiri. Melepaskan emosi negatif sehingga tidak menimbulkan penyakit, yang semakin hari sepertinya semakin banyak jenisnya.
Juga, semakin mendekatkan diri pada Tuhan, hingga mengenal makna pasrah dan damai.Â
Dengan begitu, tubuh kita tidak perlu lagi mengonsumsi banyak obat, tapi mempercayakan diri kita bahwa tubuh kita sangat pintar untuk melindungi dirinya, asalkan kita mau mendengarkan "diri" kita.
Salam sehat.
Sumber :
- Tim Kumparan. 4 Januari 2024. Arti Kartu Tarot, Fungsi dan Simbol-simbolnya. Diakses dari Kumparan.com tanggal 3 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H