Para Abdi Dalem Keparak menyiapkan dan menyusun ubarampare berupa dedaunan, bunga, aneka buah, seperti Jeruk bali, Jeruk keprok, rambutan, sawo, pisang, salak, apel, tebu dan manggis.
Rangkaian bunga dan buah dibawa ke Masjid Gedhe, dan pada malam harinya, dilakukan pembacaan riwayat sang Nabi.Â
Di Bangka Belitung, ada Nganggung, dimana warganya membawa makanan dengan dulang atau talam dari rumah masing-masing menuju tempat pertemuan besar, seperti Masjid atau Balai Desa, yang dilakukan secara berbondong-bondong.
Dalam dulang atau talam ini diatur piring-piring berisi nasi, lauk-pauk, buah-buahan maupun kue-kue.
Kemudian diatasnya ditutup dengan dengan tudung saji yang bentuknya menyerupai masjid atau candi.
Dikampung-kampung, adat ini dinamakan Sepintu Sedulang atau  Selawang Sedulang, atau singkatnya dulang atau talam.
Biasanya dulang atau talam ini dibawa dengan meletakkannya diatas telapak tangan dan diangkat setinggi bahu, atau menjunjungnya diatas kepala.
Tamu yang datang pun diformasikan berhadap-hadapan sesuai bentuk masjid atau balai desa, dan susunannya sendiri dimulai dari tamu kehormatan (depan) sampai anak-anak (belakang).Â
Kemudian, sebelum tudung saji dibuka, penghulu harus membacakan doa terlebih dahulu, barulah makan bersama.
Sampai saat ini, tradisi ini masih dipakai dikampung-kampung saat hari besar, karena bertujuan untuk menjaga silahturahmi, memperkuat persaudaraan, membagikan rezeki pada yang membutuhkan.