Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Naik Gaji Saat Pandemi, Mungkinkah?

28 Agustus 2021   16:25 Diperbarui: 29 Agustus 2021   18:49 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membandingkan review konsumen terhadap produk perusahaan dan kompetitor | Desain olahan pribadi menggunakan Canva

Harga kebutuhan meningkat, ditambah lagi cicilan, dan biaya rumah tangga juga meningkat, seperti listrik, PAM dan kuota internet, dikarenakan sistem WFO (work from home) dan sekolah di rumah. 

Kamu yang bisa jadi merupakan tulang punggung, atau membantu biaya keluarga tentunya merasa keuangan semakin seret. 

Tidak hanya keuangan secara personal saja yang mengalami masalah, keuangan perusahaan bisa jadi turut bermasalah. 

Omset sedikit, karena daya beli rendah. Perusahaan bisa jadi saat ini hanya bisa mempertahankan eksistensinya, minimal bisa menggaji karyawan secara full, membayar tunjangan BPJS karyawan, membayar beban usaha wajib, seperti PAM, PLN, maintenance, utang usaha, dan tidak lupa tentunya pajak.

Keuangan karyawan dan perusahaan pada saat pandemi ini bagaikan siklus perekonomian yang sedang "sakit".

Jadi, apakah gaji kita, para karyawan, bisa dinegoisasikan?

Bisa, tapi kemungkinan kecil. Namun bukan berarti sama sekali tidak bisa.

Perusahaan saat ini membutuhkan seseorang yang kreatif dan solutif agar bisa mendongkrak omset perusahaan. Ketika kamu bisa berpartisipasi dalam memberikan ide dan membantu untuk mendongkrak omset perusahaan, nah, dinsana kamu bisa bernegoisasi tentang gajimu.

Bagaimana caranya? 

Kita perlu memahami terlebih dahulu siklus keuangan perusahaan, berikut infografisnya secara garis besar.

Infografis siklus keuangan perusahaan secara garis besar | Desain olahan pribadi menggunakan Canva
Infografis siklus keuangan perusahaan secara garis besar | Desain olahan pribadi menggunakan Canva

Dilihat dari infografis di atas, yang perlu kita perhatikan adalah omset perusahaan. 

Apabila kita bukan bagian dari divisi keuangan, kita bisa bertanya pada rekan kerja yang bekerja di sana, bagaimana omset perusahaan beberapa bulan terakhir, atau bisa jadi pembicaraan tentang omset perusahaan sudah dibahas melalui meeting (rapat).

Setelah mengetahui kisaran omset perusahaan, kita bisa membuat perbandingan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan dari bulan ke bulan.

Omset perusahaan tentunya sangat berpengaruh dari daya beli konsumen. 

Nah, apabila mengalami penurunan, maka langkah kita selanjutnya adalah mencari tahu penyebab omset menurun. Misalkan penyebabnya daya beli menurun. 

Untuk sementara kita tanggalkan dulu pemberitaan memang kondisi pasar saat ini sedang tidak bagus. 

Kita lihat dulu masalah internal perusahaan, apakah pelayanan perusahaan kepada konsumen sudah baik, apakah kualitas produk semakin baik, pengemasan dan pengirimannya bagaimana.

Ilustrasi penyebab omset menurun secara garis besar | Desain olahan pribadi menggunakan Canva
Ilustrasi penyebab omset menurun secara garis besar | Desain olahan pribadi menggunakan Canva

Penyebabnya ini bisa kamu dapatkan dari hasil observasi atau wawancara dengan rekan kerjamu. 

Catat dan simpan dulu hasilnya, kemudian kamu analisis apakah ada masalah dalam perusahaan yang menyebabkan daya beli menurun.

Setelah tahu, eits, sabar dulu, jangan langsung mengatakannya pada atasan. Karena kalau kamu terburu-buru, kamu bisa menjatuhkan rekan kerjamu sendiri. 

Bukan naik gaji, malah kamu bikin rekan kerjamu dipecat, padahal belum tentu kesalahan ada pada dirinya, bisa jadi sistem kerja pada divisinya atau teknologinya yang sebenarnya bermasalah.

Langkah berikutnya, kita mulai cari tahu feedback atau ulasan dari konsumen. Ini sudah area eksternal perusahaan, karena berhubungan langsung dengan konsumen.

Ilustrasi membandingkan review konsumen terhadap produk perusahaan dan kompetitor | Desain olahan pribadi menggunakan Canva
Ilustrasi membandingkan review konsumen terhadap produk perusahaan dan kompetitor | Desain olahan pribadi menggunakan Canva

Feedback para konsumen bisa kamu perhatikan melalui website ataupun market place perusahaan.

Apakah para konsumen hanya memberikan bintang saja, tanpa memberikan komentar? Apakah ada keluhan, tapi tidak ditanggapi? Apakah konsumen hanya mengatakan bagus atau buruk, tapi tidak menjelaskan dibagian mana bagus dan buruknya dari review yang mereka berikan?

Kamu bisa membaca, menganalisis, kemudian mencatatnya. 

Kemudian kamu lihat feedback konsumen pada website atau market place kompetitor. Apakah mengalami hal yang sama, atau malah konsumennya malah dengan senang hati memberikan rating dan komentar yang menyenangkan?

Apabila kompetitormu memiliki feedback konsumen yang lebih baik, maka kamu bisa mencatatnya dan menganalisis mengapa konsumennya memberikan respon yang positif.

Setelah itu, buatlah perbandingan antara feedback produk perusahaanmu dengan kompetitor.

Hasil analisismu tentang masalah eksternal ini, bisa kamu catat atau ketik dengan rapi, kemudian berilah pada atasan, atau bisa juga diajukan saat rapat. 

Permasalahan internal, bisa kamu simpan dulu sebagai data analisis. Tidak perlu dikatakan dulu pada atasan.

Kita harus ingat bahwa kita melakukan hal ini untuk memberikan solusi, bukan masalah bagi perusahaan ataupun rekan kerja. 

Perlu dipahami, sangat sedikit orang ataupun lembaga yang senang dikritik secara langsung, hingga terkesan dipermalukan. Walaupun kita bermaksud baik.

Dalam memperlihatkan hasil analisismu, kamu bisa mengajukan solusi untuk mengadakan survey melalui survey monkey atau bisa juga melalui sosial media. Dengan begitu perusahaanmu juga bisa mempererat engagement dengan konsumen.

Bisa juga kamu mengajukan diri untuk mengadakan wawancara atau focus group discussion (FGD) dengan konsumen. Minta pada atasanmu agar kamu dilibatkan dalam survey ataupun wawancara tersebut.

Hal ini untuk menunjukkan perhatian dan rasa sayangmu pada perusahaan. Kamu mau berkontribusi lebih untuk meningkatkan omset perusahaan.

Hasil dari survey dan wawancara yang telah dilakukan, silahkan kamu analisis bersama tim kerjamu. Kemudian pikirkanlah solusinya dan ajukan kembali pada atasan.

Solusinya bisa berupa pelayanan harus lebih ditingkatkan, pengemasan produk harus lebih aesthetic, pengiriman lebih cepat, dan sebagainya. 

Dalam pengajuan solusi, tentu perlu disertai bukti. 

Disinilah, kamu baru bisa memperlihatkan data permasalahan dalam internal yang terjadi, sekaligus membuatkan perbandingan solusi yang kamu tawarkan. 

Misalkan tentang pengemasan produk.

Kamu bisa membuat perbandingan saat presentasi, seperti pengemasan produk perusahaan saat ini agak monoton, padahal konsumen sekarang senang dengan produk yang kemasannya lebih aesthetic.

Ilustrasi pengajuan ide tentang pengemasan produk |Desain olahan pribadi menggunakan Canva
Ilustrasi pengajuan ide tentang pengemasan produk |Desain olahan pribadi menggunakan Canva

Atau misalkan pelayanan perusahaan pada konsumen hanya terbatas pada email ataupun telepon saja, padahal konsumen lebih suka melalui Twitter, dm Instagram ataupun WhatsApp. Berikut juga kita harus memberikan saran agar perusahaan mengedukasi seluruh customer service sehingga memiliki pelayanan yang standar bagi konsumen.

Sehingga konsumen tidak dibuat bingung ataupun kesal karena adanya perbedaan pelayanan dari customer service, terutama tentang informasi produk.

Dengan begitu data permasalahan internal yang kamu tunjukkan, tidak terlihat seperti pengaduan, melainkan memberikan solusi bersama untuk kemajuan perusahaan.

Sudah mengajukan solusi seperti itu, bukan berarti kamu bisa langsung mengajukan kenaikan gaji. Tapi setidaknya kamu sudah memiliki poin yang baik di mata atasan tentang kesediaanmu untuk berkontribusi pada perusahaan. 

Apabila kamu melihat omset perusahaan mengalami perbaikan selama 6 bulan ke depan, barulah kamu mengajukan kenaikan gaji. Karena dalam bulan awal perusahaan mengadakan perbaikan diri, biasanya ada biaya tambahan lagi yang keluar. Tentu sangat kecil sekali kemungkinan perusahaan bisa menaikkan gaji.

Setelah enam bulan, minimal, biasanya siklus keuangan perusahaan lebih stabil.

Ajukanlah kenaikan gajimu pada saat yang tepat, seperti situasi keuangan perusahaan sudah jauh lebih baik atau situasi mood atasan sedang baik. 

Jangan lupa saat mengajukan kenaikan gaji, tunjukanlah data-data pencapaianmu untuk perusahaan agar terlihat lebih valid dan terlihat memang kamu berkontribusi, tidak hanya asal ngomong saja.

Dengan kamu membantu omset perusahaan semakin bertambah, tentunya laba yang didapatkan perusahaan akan menjadi lebih baik.

Apabila kondisi keuangan perusahaan bagus, tentunya lebih leluasa bagi perusahaan untuk memberikan kenaikan gaji padamu, karena tidak tersendat dengan beban-beban biaya perusahaan.

Atasan tentunya akan dengan senang hati memberikan gaji yang optimal bagi karyawan yang banyak berkontribusi untuk kemajuan perusahaan.

Tapi jangan lupa, kamu harus pintar melihat karakter atasan. 

Apabila tipe perusahaanmu memiliki atasan yang berjenjang, pengajuan ide yang kreatif dan solutif yang kamu miliki lebih baik langsung diajukan pada atasan yang memang menghargai kinerja karyawan.

Jangan sampai kamu sudah bersusah payah, malah kinerjamu diakui oleh orang lain. Nyesek banget itu beneran! 

Semoga bermanfaat.

Infografis pengajuan kenaikan gaji saat pandemi secara garis besar | Desain olahan pribadi menggunakan Canva
Infografis pengajuan kenaikan gaji saat pandemi secara garis besar | Desain olahan pribadi menggunakan Canva

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun