Sepertinya baru beberapa tahun lalu saya "menuntut" generasi sebelum-sebelum saya untuk up to date.Â
Saya tidak perlu kelimpungan mengejar dinamisnya zaman, karena perputaran masanya sesuai sekali dengan langkah saya.Â
Selalu muncul rasa sebal, kalau ada orang tua yang tidak mau mengikuti perkembangan zaman. Eh, sekarang saya kena batunya, kini giliran saya lah yang mesti mengikuti perkembangan zaman.Â
"Roda tidak bisa berhenti ditempat, ferguso!"
Teringat sekitar satu atau dua tahun lalu saya mendaftar beberapa platform blog lain untuk berpartisipasi menulis .Â
Namun rasanya karakter artikel yang mereka inginkan agak kurang sesuai dengan karakter tulisan saya.Â
Belum lagi tersendat dengan persetujuan editor.
Ah, melelahkan. Enakan menulis di Kompasiana, tanpa ditahan editor dulu, dan saya merasa saat itu masih bisa belajar dan beradaptasi dengan karakter tulisan Kompasianer lainnya.
Yah, tapi pada akhirnya Kompasiana pun harus seperti Kompas.com, mengikuti perkembangan zaman agar selalu eksis, dan dipikir-pikir kembali membantu para kompasianer lain juga sih secara tidak langsung agar artikelnya selalu dilirik dari masa ke masa.
Mau tidak mau kini harus mengikuti selera anak muda, karena mereka yang akan mendominasi dunia.
Oke, saya baru paham perasaan orang tua masa dulu seperti apa.Â