Mereka tidak tertarik melihat tulisan yang panjang. Oke, sepertinya masih bisa.Â
Mereka suka hal yang menyenangkan. Hmm... menyenangkan buat saya, belum tentu buat mereka.
Mereka suka hal yang antik. Mampus, antik buat saya, pastinya, belum tentu antik buat mereka.
Setelah menarik kesimpulan dari diskusi dan tanggapan, saya pun kepoin Twitter dan Instagram, serta Facebook Kompasiana. Hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Penasaran juga bagaimana tanggapan pembaca diluar Kompasiana.Â
Kompasiana ternyata sudah sangat berusaha membagikan artikel-artikel para Kompasianer. Masing-masing mendapatkan dua kali share di Twitter.Â
Tapi tanggapan dari pembaca luar memang berbeda, ada yang mendapat respon positif, namun ada juga yang tidak mendapat respon sama sekali, termasuk artikel saya. Hehe.Â
Begitupula dengan respon pembaca di Facebook dan Instagram Kompasiana.
Saya kurang tahu tanggapan di Line dan Kompas.com bagaimana, namun saya perhatikan tulisan kompasianer juga banyak dimasukkan ke sana.
Dari situlah, saya baru paham mengapa Steven Chaniago menjadi primadona di Kompasiana.Â