Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan juga menulis di Dingcafe.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menelusuri Rasa dalam Karya hingga Mampu Membuat Brand Lokal yang Disukai

1 Juni 2021   18:14 Diperbarui: 1 Juni 2021   18:22 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Elizabeth Selly yang memakai produk kreasinya dari blouse, bawahan dan totebagnya | Foto Instagram Enigma Art Textile

Sikap gigih yang dimiliki seorang teman, yang langsung saja saya sebut namanya, Elizabeth Selly mempertemukan dirinya dengan passion yang membuatnya merasa percaya diri untuk membangun brandnya sendiri.

Kegigihan dan perjuangan yang diceritakan Selly pada saya, memberikan pandangan baru bagi saya tentang passion. Saya pikir tadinya passion hanya ditemui berdasarkan hobi yang paling kita sukai saja, akan tetapi dari Selly, begitu ia akrab disapa, saya baru paham bahwa passion bisa saja timbul dari rasa bangkit akan kegagalan.

Berawal dari dirinya gagal dalam mata kuliah tekstil interior. Ia merasa penasaran mengapa dirinya tidak bisa mendapatkan nilai yang bagus, padahal bisa dibilang ia suka dengan mata kuliahnya. Saking penasarannya, malah ia mengambil tema dari mata kuliah tersebut sebagai tugas akhir, syarat lulus kuliah.

"Kalau dipikir ulang, gue bego juga milih mata kuliah gagal sebagai tugas akhir, Na, tapi gue gak nyesel, karena ternyata dari proses jatuh bangun itu, gue banyak belajar, dan itu yang nuntun gue bikin konsep brand gue", tutur Selly, seraya menambahkan bahwa kelulusan dengan nilai bagus yang didapatkannya bukan hal yang mudah, "Sedih deh, Na, kalau gue ceritain lengkap, mah!"

Kalau boleh jujur saat itu, saya malah lebih penasaran dengan cara Selly berpikir, karena kalau saya pribadi pasti akan mengambil topik yang saya kuasai supaya bisa lulus dengan nilai yang bagus, dan tentu adanya efisiensi waktu dan tenaga.

Project tugas akhirnya memakan proses penelitian yang panjang, dan tentu proses pengerjaan tugas yang tiada lelah. Tapi rasa penasaran lah yang terus membuatnya bersemangat untuk menyelesaikan tugas akhirnya sampai nilainya bagus. Untuk saya, sikap penasaran dan kegigihannya patut diacungi jempol, karena saya sendiri pastinya akan cepat menyerah, apalagi sudah tahu bahwa nilai saya tidak begitu bagus di mata kuliah tersebut.

Dari proses penelitiannya yang panjang dan adanya proses bolak-balik dari pengrajin, konsultasi ke dosen, mengaplikasikan desain ke lokasi project, kemudian mesti direvisi ulang, malah membuat Selly semakin jatuh cinta dengan segala bahan yang memiliki unsur natural. Ia melihat adanya keindahan dan kenyamanan penggunanya yang dihasilkan dari setiap bahan natural.

Kecintaannya pada kreasi tangan tidak serta merta membuat dirinya mengenal apa yang ia inginkan. Selly mengaku bahwa ia mencintai dunia seni, tapi menurutnya ia bukan seorang seniman. Selly pun mencintai dunia fashion, tapi bukan tipe seorang yang fashionable, malah ia lebih senang dengan fashion yang nyaman dipakai saja, dan modelnya klasik.

Walau bingung menentukan passion-nya, Selly tetap menyalurkan hobinya dalam bidang seni dan tekstil. Saat dirinya ada waktu senggang, ia seringkali berkeliling pasar untuk membeli bahan kain natural, yang nantinya entah ia celup menciptakan sebuah motif tertentu atau ia kreasikan menjadi sebuah objek, seperti totebag, dompet, scarf ataupun pakaian. Hasil kreasinya biasanya hanya ia taruh saja menjadi koleksi pribadinya.

Hingga suatu hari, Selly berkeinginan membuat totebag sebagai tas kerjanya. Saat produknya sudah jadi dan ia pakai ke kantor, salah satu rekan kerjanya sangat tertarik melihat bentuk totebagnya, dan meminta Selly untuk dibuatkan satu. Merasa dihargai hasil karyanya, Selly pun dengan senang hati membuatkannya.

Berawal dari ketertarikan rekan kerjanya tersebut, Selly pun terpikir ingin membuat online shop untuk menjual produk yang dikreasikannya sebagai pekerjaan sampingan.

Ia sama sekali tidak menyangka hasil kreasinya tersebut mendapatkan respon positif dari para pembeli. Walau saat itu belum menjadi trending market, namun Selly menjadi bersemangat untuk terus berkreasi karena merasa hasil karyanya bisa diterima dan diminati oleh orang lain.

Selly pun memperdalam ilmunya dalam bidang seni dan tekstil, dengan terus latihan, pergi ke museum untuk mencari inspirasi, bahkan sampai langsung belajar ke pengrajin lokal.

Sembari memperdalam ilmu, ia pun membentuk logo untuk online shop-nya. Kemudian ia terpikir kata "enigma" yang diambil dari bahasa Inggris yang artinya teka-teki. Disaat itu, ia masih bingung harus menentukan bidang seni atau tekstil yang mesti ia tekuni, karena ia suka keduanya, tapi bisa dibilang ia bukan tipe yang akan menjadi maestro disalah satu bidang tersebut. Oleh karena itu, ia memilih nama Enigma Art Textile sebagai merk brandnya.

Sekitar tahun 2017, Selly memberanikan diri mengikuti bazaar dalam sebuah event untuk brand lokal di Bali. Ternyata dari satu event tersebut, penjualan dibooth Selly yang paling tinggi. Selly sampai kaget ketika mengetahuinya, namun tidak menampik ada rasa gembira yang luar biasa dan semakin bersemangat untuk membangun brandnya.

Kemudian, ia mencoba bazaar di daerah lainnya pada saat berikutnya, seperti Bandung, Tangerang dan Jakarta, namun saat itu, respon positifnya tidak sebesar waktu bazaar pertama yang ia adakan. Tapi bukan berarti hal tersebut menjadi alasannya untuk menyerah, dari sana ia mulai mempelajari minat konsumen disetiap daerah berbeda-beda.

Bazaar tetap dilakukannya ketika ada event yang mengusung tema brand lokal. Dari sana ia bertemu dengan banyak orang, dan ada beberapa store yang malah menawarkan diri untuk menjadi perantara dalam menjual produk kreasinya. Kritik dan saran tentang produknya yang diberikan oleh para pembeli dan teman-temannya, menjadikan Selly pembelajaran untuk terus meng-upgrade hasil kreasi produknya supaya lebih baik.

Semakin bersemangat, ia pun perlahan-lahan memberanikan diri mengambil kain dari para pengrajin lokal sebagai bentuk apresiasinya terhadap hasil karya tangan.

"Yang gue rasain dan gue yakinin banget, produk hasil kreasi tangan itu ada soul-nya, Na, gue selalu kagum sama hasil karya tangan, apalagi kalau lu dateng ke museum yang hasil jahitan tempo dulu, cakep banget beneran!".

Selly pun mulai membentuk konsep pada brandnya, Enigma Art Textile, yakni etnik, tapi tetap fashionable dipakai oleh semua usia produktif. Etniknya sendiri tidak mesti berbentuk pola-pola Batik, melainkan berupa hasil karya tangan yang dibuat secara manual dan tentu termuat estetika didalamnya.

Produk yang merupakan hasil kreasi tangan Elizabeth Selly dan pengrajin lokal yang dipamerkan dalam suatu event | Foto Instagram Enigma Art Textile
Produk yang merupakan hasil kreasi tangan Elizabeth Selly dan pengrajin lokal yang dipamerkan dalam suatu event | Foto Instagram Enigma Art Textile

Tidak hanya itu, kecintaannya pada kreasi tangan, membuat dirinya sering diundang sebagai pengajar untuk komunitas ibu-ibu dalam membuat kreasi tangan. 

Hingga kini saya memperhatikan brandnya terus bertumbuh, ia seringkali diundang dalam event-event mengusung tema etnik dan brand lokal untuk mengadakan bazaar. Tidak hanya itu, melalui Instagramnya, saya memperhatikan ia seringkali diajak kerjasama dengan brand lokal lainnya dalam memproduksi produk kreasi tangan pengrajin. 

Jujur, saya kagum sekali mendengarkan penuturan Selly tentang perjalanannya mengolah rasa cintanya pada kreasi tangan, dimulai dari rasa penasaran mengapa bisa gagal pada satu mata kuliah, yang akhirnya malah menjadi kunci dirinya menemukan passion dalam membangun brandnya sendiri.

Dari Selly, saya belajar untuk memupuk sikap pantang menyerah pada kegagalan, atau tidak terlalu sibuk menemukan passion supaya bisa bekerja lebih bersemangat dan produktif. Justru dari keinginan untuk bangkit dari kegagalan lah dan sikap mau belajar dengan gigih membuat kita mempelajari hal baru dan menemukan passion baru yang selama ini tidak kita sangka bakal kita sukai.

Tidak menutup kemungkinan, sikap mau belajar tersebut malah membentuk pribadi kita menjadi pribadi yang lebih inovatif dan menuntun kita meraih kesuksesan. Asalkan sabar dan tidak mudah putus asa. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun