Tulisan Kak Hennie meng-guide saya mengunjungi banyak tempat, yakni Bremen, Swabia, Stuttgart, Zentralmoschee dan banyak kota Jerman lainnya.Â
Tidak lupa di setiap kota tersebut memiliki aksi, budaya dan sejarah yang ditulis dengan begitu lengkap dan sangat mudah dipahami. Lembar demi lembar halaman tidak terasa sudah banyak di balik oleh saya.Â
Tulisan Kak Hennie membentuk imajinasi saya, misalnya tentang sebuah tradisi karnaval mengusir roh musim dingin begitu runtun dari sejarah, nama suku, tahun kejadian hingga kini tradisi tersebut masih dilakukan. Saya seakan sedang melangkah "melihat" karnaval tersebut dengan ditemani tour guide, yang memang sangat paham dengan suasana di sana.Â
Spaghetti yang saya santap sudah habis, namun saya tidak bisa berhenti "melanjutkan perjalanan" hingga malam tiba. Sudah waktunya tidur, karena keesokan harinya saya mesti sahur.Â
Buku Insight Germany kembali saya buka.Â
Hati saya merasa gelisah kalau membuat tour guide menunggu, karena dalam buku tersebut dijelaskan bahwa orang Jerman sangat tepat waktu, dan tour guide dalam buku, sudah terbiasa dengan ketepatan waktu. Dibandingkan saya "ditinggal", maka saya langsung bersiap untuk berangkat berkeliling lagi, sembari menyantap sahur. Tour guide mulai menuntun saya mengunjungi kota demi kota, berikut dengan sejarah dan budayanya.
Tidak hanya berkunjung dari kota ke kota, dalam beberapa halaman bukunya, saya seakan dibawa Kak Hennie masuk ke dalam kehidupan sehari-harinya.Â
Hari Minggu waktunya saya tenang berada "di rumahnya", karena percuma saja bepergian, lantaran toko-toko di sana tutup.Â
Sembari "duduk-duduk", Kak Hennie sebagai "tour guide"Â menjelaskan bahwa kehidupan bertetangga itu sangat penting di Jerman.
Ada peraturan, hari Minggu tidak boleh membuat kebisingan yang menganggu ketenangan dan hari istirahat tetangga. Hal ini diberlakukan agar kita bisa saling bertoleransi dan menghormati antar tetangga.Â