Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dibatasi oleh Jurusan Kuliah

27 Maret 2021   21:05 Diperbarui: 27 Maret 2021   21:07 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kita terlalu dibatasi dengan doktrin bahwa kerja harus sesuai dengan jurusan yang diambil | Foto : Cariloker.id

Semakin tinggi sekolah, semakin fokus penjurusannya. Biasanya kita sudah ada ancang-ancang nih, mau bekerja sebagai apa nantinya. Pilihan penjurusan kuliah pun dilakukan.

Ditengah perjalanan kuliah, ada saja problema yang terjadi, seperti banyak tugas, dosen yang kayak gak niat ngajar, pengetahuan yang didapat sepertinya kurang bermutu, dan sebagainya. Tidak sedikit teman kampus yang mengundurkan diri atau pindah jurusan, karena dirasa tidak sesuai dengan passion-nya.

Saat bekerja, tidak semua orang mendapatkan profesi sesuai dengan jurusannya. Hal ini dikarenakan lapangan pekerjaan yang bisa dikatakan sedikit, sedangkan gelar sarjana banyak. Hiks... apalagi dimasa pandemi, banyak usaha yang kembang kempis dan mau tidak mau pengurangan jumlah karyawan pun dilakukan. 

Kalau keadaan sudah begini, apakah kerja harus sesuai dengan bidang studi saat kuliah?

Idealnya sih begitu... tapi namanya hidup, belum tentu bisa sesuai idealisme kita. Andai mencari pekerjaan yang cocok dengan studi juga, bisa jadi akan ada kendalanya, misalnya suasana kerja yang kurang enak atau jarak tempuh yang ternyata terlalu jauh, atau bisa juga malah gaji yang didapat tidak sepadan dengan pengeluaran dan masih banyak hal lainnya. Akan selalu ada problema. 

Lantas, apa yang harus kita lakukan ketika kita bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliah?

Mungkin kita harus pahami dulu kalau selama ini kita terlalu didoktrin (entah dimulai dari siapa) bahwa sukses dan bahagia itu kalau kita bekerja sesuai dengan bidang jurusan kuliah yang kita tekuni. 

Kita dibatasi oleh pakem aturan yang kaku, hingga kita lupa bahwa sebenarnya ilmu yang kita pelajari saat kuliah sangat berlaku bila diimplementasikan dalam bidang kerja apapun, bahkan pergaulan di masyarakat.

Foto : Kompas.com
Foto : Kompas.com

Misalnya saja, Steve Jobs. 

Ia sempat kuliah dibidang studi kaligrafi. Dan seperti yang kita tahu, beliau malah mendirikan perusahaan Apple yang berbasis teknologi, sangat jauh dengan apa yang dipelajarinya saat kuliah.

Namun, ada hal yang ia katakan, "jika aku tidak menghadiri kuliah tunggal di perguruan tinggi itu, maka Mac tidak akan memiliki beragam huruf cetak ataupun huruf dengan spasi sejajar." 

Nah, ada gunanya, kan, kuliahnya Steve Jobs? Banyak dari kita yang menjadi pengguna Apple menikmati jenis tulisannya.

Foto : Suaranasional.com
Foto : Suaranasional.com

Goenawan Mohamad, yang menjadi wartawan senior yang mendapatkan penghargaan CPJ International Press Freedom Awards (1998), the International Editor of the Year Award (1999) dan the Dan Davidn Prize (2006).

Tulisan Catatan Pinggirnya di Tempo sangat terkenal hingga dijadikan buku yang berjilid-jilid. Tapi beliau sama sekali bukan lulusan Ilmu komunikasi bidang jurnalistik, malah beliau menempuh pendidikan psikologi di Universitas Indonesia, kemudian Ilmu Politik di Belgia. Namun hal tersebut bukan menjadi penghalang baginya untuk menjadi wartawan yang sangat kompeten dimasanya, dan mendapatkan penghargaan. 

Kemudian, dari ilmu yang didapat saat kuliah, ternyata bisa membantu menghemat pengeluaran usaha berdasarkan pengalaman owner Ding!Cafe yang dipanggil Rati.

Ia lulus jurusan komunikasi, tidak pernah terbayang olehnya untuk mendirikan bisnis coffee shop. Bahkan bisa dibilang ia sama sekali buta dengan bisnis seperti itu. Tapi karena dukungan keluarga dan pacarnya, ia pun memberanikan diri mendirikan usaha tersebut dengan mengalokasikan budget yang penting dikeluarkan. 

Buku menu Ding! Cafe | Foto : Dokumentasi pribadi
Buku menu Ding! Cafe | Foto : Dokumentasi pribadi

Sebelah kiri terdapat doodle menu yang konsepnya sudah dipikirkan oleh sang owner | Foto : Dokumentasi pribadi
Sebelah kiri terdapat doodle menu yang konsepnya sudah dipikirkan oleh sang owner | Foto : Dokumentasi pribadi

Untuk logo dan pewarnaan coffee shop-nya, ia desain sendiri. Kemudian doodle pada menunya, ia meminta sepupu yang pandai menggambar untuk membantunya. Konsep si doodle sudah ia tentukan maunya seperti apa. 

Ide logo, pewarnaan dan bentuk doodle datang dari basis pengetahuannya saat kuliah jurusan komunikasi. Tentang spektrum warna, kemudian cara membuat logo yang bisa mewakili visi dan misi sebuah perusahaan.

Bukankah pengetahuannya tersebut membantunya menghemat pengeluaran? Dan bisa mengalokasikan budget-nya untuk hal lain dalam usahanya.

Ilustrasi bergaul dengan lebih mudah karena memahami karakter orang lain | Foto Civimi.com
Ilustrasi bergaul dengan lebih mudah karena memahami karakter orang lain | Foto Civimi.com

Lalu, ilmu yang didapat dalam kuliah juga bisa berlaku dalam pergaulan sosial. 

Kemarin baru saja ngobrol dengan sepupu yang baru lulus jurusan manajemen bisnis. Ia mengatakan bahwa ada untungnya saat kuliah ia mempelajari tentang psikologi marketing. Sekarang ia lebih bisa fleksibel ngobrol dengan orang disekitarnya, terutama dalam melayani pelanggan usahanya. Maklum sepupu saya tipe introvert, dan agak kurang suka bertemu dengan orang banyak. 

Namun dengan mempelajari psikologi marketing saat kuliah, ia benar-benar merasa terbantu untuk bergaul dan memahami karakter orang lain. 

Tidak itu saja, bagi Anda yang mungkin masuk jurusan psikolog, tidak menutup kemungkinan Anda bisa bekerja dibidang marketing dan sales. Karena Anda memahami psikologi konsumen yang ingin digaet oleh perusahaan.

Ilustrasi untuk menentukan target, melakukan riset dan analisis | Foto : Pendidikankedokteran.net
Ilustrasi untuk menentukan target, melakukan riset dan analisis | Foto : Pendidikankedokteran.net

Lebih mudah dalam menentukan target, melakukan riset dan analisis.

Hampir semua bidang pekerjaan saat ini membutuhkan riset dan analisis, terutama disosial media. Hal yang tentu kita pelajari hingga bosan saat kuliah, kan? Tapi ternyata sangat terpakai dilapangan pekerjaan. Andai kita dulu tidak belajar tentang target, riset dan analisis, bukankah kita akan mudah dianggap tidak becus oleh atasan? 

Atau minimal, mengecek sosial media kita sendiri, tentunya secara tidak langsung kita meriset dan menganalisis. Foto seperti apa yang mendapat like banyak nih dari followers, atau menganalisis dan menfilter informasi yang perlu kita percayai.

Dengan begitu dimasa teknologi semakin canggih, dan lapangan pekerjaan yang saat ini banyak membutuhkan daya kreatif, akan ada baiknya kita membuka pakem-pakem yang sudah usang. 

Kreativitas itu seperti suatu seni yang tidak ada batasnya. Begitu pula dengan penjurusan kuliah yang ilmunya tidak perlu dipakemin, seperti lulus komunikasi harus banget jadi PR (public relations), jurnalistik, marketing komunikasi, dan sebagainya. Lulus sastra, harus banget jadi penggubah sastra, novelis ataupun penulis. Ataupun jurusan psikologi, maka harus jadi psikolog atau HRD.

Semua ilmu yang pernah kita pelajari bisa diaplikasikan dalam bidang kehidupan apapun, asalkan kita bisa kreatif dan membuka sekat pemikiran yang membatasi dan mengkotak-kotakkan bidang ilmu. 

Semangat terus ^^

Referensi bacaan 

  • Wikipedia. Steve Jobs. Diakses dari id.wikipedia.org tanggal 27 Maret 2021 
  • Wikipedia. Goenawan Mohamad. Diakses dari en.wikipedia.org tanggal 27 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun