Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Ibu Tidak Berarti Berhenti Belajar

22 Desember 2020   09:28 Diperbarui: 22 Desember 2020   09:30 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah akan berkarier atau berumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi, karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas

- Dian Sastrowardoyo

Ini adalah salah satu quotes publik figur Indonesia, Dian Sastro yang membuat saya merenungkan penelitian yang mengatakan kecerdasan anak turun dari kecerdasan Ibu. Pernyataan Dian Sastro didukung oleh Okky Asokawati, mantan anggota DPR RI, yang pernah menjadi narasumber Gelar Wicara di JCC tahun 2019.

Mba Okky mengatakan bahwa anak biasanya mengikuti kebiasaan orang tua, Ibu lah yang paling berperan, karena biasanya Ibu memiliki waktu lebih banyak dengan anak-anak. Ketika sang Ibu memiliki kebiasaan senang membaca buku, menonton program TV atau tayangan YouTube yang mengedukasi, anak akan secara tidak langsung mengikuti apa yang ibunya lakukan. Dengan begitu, gairah untuk membaca, mengisi diri dengan ilmu pengetahuan akan dirasakan oleh anaknya. 

Kesadaran pentingnya pendidikan bagi sang Ibu, ternyata sudah disadari dari masa sebelum Indonesia merdeka. Salah satu cuplikan surat Ibu Kartini pada salah satu temannya yang berkebangsaan Belanda.

"Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya : menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama."

Dengan begitu kecerdasan anak tidak serta-merta diturunkan oleh sang Ibu secara genetik, melainkan dari cara sang Ibu mendidik anaknya, berperilaku, pola pikir, dan masih banyak lagi yang bisa mempengaruhi pola pikir dan pembentukan karakter sang anak. Bukan bermaksud memberatkan tugas Ibu, namun seorang Ibu biasanya memiliki waktu lebih banyak untuk anak, dibandingkan ayah. 

Tidak hanya Ibu Kartini yang menyadari pentingnya pendidikan bagi ibu rumah tangga, Ibu Dewi Sartika pun juga sangat menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan, terutama setelah berumah tangga.

Beliau melihat betapa terbatasnya ruang gerak seorang perempuan ketika tidak memiliki pendidikan. Ibunya tidak bisa menyatukan keluarganya yang pecah, dan tidak bisa mempertahankan aset keluarga yang disita pemerintah. Sekolah yang didirikannya untuk kaum perempuan bertujuan agar perempuan menjadi pribadi yang mandiri, walau sudah memiliki suami.

Selain itu, Ibu Dewi Sartika pun menyadari bahwa Ibu yang pandai akan memiliki modal yang besar untuk menjadikan anaknya menjadi pandai.

Dengan pendidikan, atau setidaknya sang istri terus meng-update wawasannya, istri bisa membantu suami dalam mengatasi masalah yang berpengaruh pada kehidupan rumah tangga dan masa depan anak, serta bisa diajak bertukar pikiran dengan suami dengan kepala dingin. Dengan begitu sikap dan keputusan berdasarkan emosional semata bisa terhindarkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun