Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

6 Tips agar Tidak Emosi Saat Mengajar Anak

17 September 2020   11:03 Diperbarui: 17 September 2020   23:10 2596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua belajar parenting | Foto : Inc.com

Akhirnya saya menyerap teori yang Anda ajarkan dengan membayangkan pisau dapur, sendok, garpu, panci dan sebagainya, hal-hal yang pernah saya lihat dan pegang objeknya.

Anda mengajar saya sampai kehabisan nafas pun, kita tidak akan pernah nyambung, karena Anda sudah memahami dunia perbengkelan, sedangkan saya sama sekali tidak ada gambaran konkret tentang alat-alat dunia perbengkelan. 

Akhirnya Anda sesak nafas karena lelah mengajari saya, dan saya pun merasa diri sangat bodoh karena tidak memahaminya apa yang Anda katakan sama sekali.

Ilustrasi membandingkan prestasi anak dengan anak lain | Foto : Haibunda.com
Ilustrasi membandingkan prestasi anak dengan anak lain | Foto : Haibunda.com

4. Berhentilah membandingkan diri dengan anak lain, hargailah setiap kemajuan anak sekecil apapun.

Setiap anak memiliki daya kecerdasan yang berbeda-beda, hal inilah yang menjadi faktor cepat lambatnya anak dalam mempelajari sesuatu. 

Salah satu contohnya, ada dua murid, yang satu sangat suka pada bahasa, tapi kurang suka bergerak terlalu lincah dan memang sepertinya, maaf, kurang berani, saya sebut ia A. Yang satu lagi sangat suka olahraga, tapi sangat tidak suka belajar dengan cara duduk diam. Saya akan menyebutnya B.

Orangtua A ingin anaknya selincah dan seberani B. Untuk mereka, kemampuan bahasa yang dimiliki A bukanlah suatu prestasi. Padahal kami, para guru, menilai kemampuan berbahasa A sangatlah bagus, bahkan untuk usianya yang masih 3 tahun, ia mampu menceritakan urutan kejadian dengan sangat runut dan kami semua memahaminya.

Berbeda dengan orangtua B yang sangat menghargai kelincahan dan keberanian anaknya. Ketika anaknya baru sedikit-sedikit mengenal huruf dan berhitung, orangtuanya sangat membanggakannya, dan sama sekali tidak membandingkannya dengan anak lain. 

A yang selalu dibandingkan, akhirnya tidak merasa dirinya bagus, ia selalu kalah dengan B, dan ia merasa kurang percaya diri dalam mempelajari hal lain. Berbeda dengan B yang setiap kemajuan yang ia lakukan, selalu dihargai orangtuanya, ia pun lebih percaya diri dalam mempelajari apapun.

Ketika orangtua A mempertanyakan kemajuan A dan membandingkannya, kami, para guru, memberikan saran untuk berfokus mendukung kemajuan sang anak, tanpa membandingkannya, karena setiap anak memiliki keistimewaannya masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun