Tentu memang agak ribet untuk Anda menyesuaikan dengan kebutuhan anak belajar, apalagi bila Anda banyak pekerjaan. Namun, tanamkanlah mindset, masa depan anak Anda adalah tanggung jawab Anda.
Sebagai orangtua, tentu menjadi kewajiban bagi kita membuat anak kita mendapatkan pendidikan yang terbaik demi masa depannya. Pendidikan yang terbaik bukan berarti sekolah di tempat yang terbaik, melainkan anak mendapatkan pola asuh dan pola didik terbaik.
3. Berikan gambaran, bukan sekadar kataÂ
Selain mengajar sekolah, saya ada mengajar kursus pelajaran untuk anak SD.
Saya sempat bingung bagaimana membuat anak les paham dengan materi pelajaran sejarah, karena mereka tidak memiliki gambaran sama sekali dengan peristiwa masa lampau. Apa itu merdeka, apa itu perang, apa itu perebutan kekuasaan kerajaan.
Namun saya tidak kehilangan akal, saya memakai boneka untuk membuat drama sejarah dengan memakai berbagai macam suara, sekaligus sound effect-nya.
Hal yang saya pelajari dari pengalaman mengajar, bahwa anak-anak dari usia 1 hingga 17 tahun sebenarnya masih sangat suka permainan atau sesuatu yang bergerak. Hanya saja kadar kesukaannya berbeda-beda.Â
Daya imajinasi mereka masihlah terbatas, tidak seperti kita, orang dewasa, yang sudah memahami dunia sehingga daya imajinasinya lebih luas. Akan sangat membantu bagi anak-anak, kalau kita memberikan gambaran yang konkret agar mereka bisa memahami apa yang sedang mereka pelajari.Â
Ilustrasinya, misalkan saya dikenalkan oleh Anda tentang dunia perbengkelan. Saya sama sekali tidak paham dengan alat-alat yang ada dalam dunia perbengkelan, bahkan membedakan kualitas roda yang bagus atau tidak saja, saya tidak tahu.Â
Kemudian Anda hanya mengajarkan saya secara teori saja alat-alat perbengkelan tersebut dengan rangkaian tulisan di kertas, saya pun tidak bisa membayangkan apa itu obeng, apa itu kunci.Â