Kelonjakkan tarif PLN membuat banyak orang langsung berdebar-debar jantungnya, bagaimana tidak, tagihan yang diberikan oleh PLN langsung melonjak naik, seperti naiknya Turbo Drop di Dufan. Kalau main Turbo Drop, enak masih ada turunnya, lah kalau tarif PLN? Kapan pernah turun?
Banyak orang yang protes terhadap tagihan PLN yang diberikan, Vice President Public Relations (PR) PLN, Arsyandany G Akmalputri, memberikan pernyataan bahwa PLN sama sekali tidak menaikkan tarif listrik, harganya masih segitu-gitu saja.Â
Berbagai asumsi pun dilayangkan oleh pihak PLN dalam waktu yang berbeda, yakni "kemungkinan pelanggan tidak melapor, maka itu PLN menghitungnya dari kisaran harga", disaat yang berbeda, "kemungkinan pelanggan tidak sadar kalau memakai banyak, kan dirumah terus pas PSBB", dan baru tadi saya baca, PLN pun kembali berasumsi, "kemungkinan tagihan sebelumnya belum mereka bayar, makanya tertagih ke bulan berikutnya."
Asumsi terakhir diberikan setelah banyak warganet di Twitter yang memberikan data bahwa pemakaian listrik menurun, lantas mengapa tetap saja tagihan malah membengkak.
Vice President PR PLN pun menambahkan bahwa pihaknya akan mengecek lagi ke lapangan supaya tidak terjadi miss, masyarakat pun bisa mengadu ke call center 123 untuk dicek kembali secara riil dengan ID Pelanggan.
Pada akhirnya, pihak PLN membuka diri untuk mengecek ulang ke lapangan. Namun yang kurang saya respect adalah adanya asumsi dalam menjawab keluhan pelanggan.
Sebagai perusahaan yang memiliki visi ingin diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia, akan ada baiknya pernyataan demi pernyataan yang terlontar bukanlah suatu asumsi, melainkan data pemakaian pelanggan. Misal angka pada kotak Listrik pada bulan sebelumnya berapa, kemudian dihitung lagi dengan angka pada kotak Listrik pada bulan terakhir pemakaian.
Dan rasanya misi dan moto PLN yang tertera di profil perusahaan cukup kontradiktif dengan kenyataan, yakni berorientasi pada kepuasan pelanggan, meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan pendorong kegiatan ekonomi. Moto yang tertera di profil perusahaan pun adalah Listrik untuk Kehidupan yang lebih baik.
Nah, pada masa PSBB kemarin, nyatanya banyak pelanggan yang tidak puas, tagihannya malah mencekik, dan tentu malah menambah beban biaya. Padahal roda perekonomian di Indonesia, seluruhnya sedang macet-semacet-macetnya Jakarta. Jawaban yang diberikan oleh pihak PLN terkesan memojokkan pelanggan, yakni adanya "kemungkinan-kemungkinan" yang merupakan kesalahan dari pihak pelanggan sendiri.
Kalau pihak PLN bisa berasumsi, mungkin saya juga boleh berasumsi mempertanyakan kelonjakan tarif, "Apakah kelonjakan ini efek samping dari gratisnya pelanggan listrik berdaya 450 VA dan subsidi untuk yang listrik berdaya 900 VA?". Kalau memang ingin kita timbang rasa terhadap mereka yang membutuhkan, mbok ya, ngomong dari awal, jadi kan gak bikin orang sport jantung.Â