Kalau yang saya baca di IDN Times, bisa jadi tidak terkendalinya emosi itu yang diluapkan dengan rentetan kata-kata kasar menandakan rusaknya sistem limbik dalam otak (sistem otak yang bertanggung jawab atas respon perilaku dan emosional seseorang). Seringnya berkata-kata kasar pun, dalam New York Times, dijelaskan orang yang melakukan hal tersebut akan dinilai, maaf, tidak berkelas.
Setahu saya, tidak berkelas ini biasanya merujuk pada orang yang kurang mendapatkan pendidikan karakter dan tidak mengenal budaya. Kalau dikaitkan dengan budaya bangsa kita, kita kan sudah diberi cap oleh dunia, bahwa orang Indonesia sangat ramah dan memiliki sopan santun yang tinggi, artinya kelas peradaban budaya kita sudah tinggi sebenarnya.Â
Dengan begitu, saya mendapatkan kesimpulan, ternyata tidak munafik bukan berarti harus mengekspresikan emosinya dengan kata-kata kasar dan seperti tidak terkendali. Karena tidak munafik sendiri lebih fokus pada pikiran, ucapan dan perbuatan yang menjadi satu. Sedangkan, meluapkan emosi dengan kata-kata kasar secara tidak terkendali, mencirikan kerusakan pada sistem limbik pada otak, dan lebih merujuk kepada orang yang tidak berbudaya.
Dalam Fimela.com, juga disebutkan bahwa akibat dari seseorang yang tidak bisa menahan emosinya dengan berkata-kata kasar, yakni guratan emosinya akan terlihat (wah, hati-hati bisa menambah garis-garis keriput), kemudian reputasi kita hancur, dan yang pasti menjadi bahan gosipan. Tidak mau kan itu terjadi pada diri kita?
Jadi supaya tidak cap munafik, akan lebih baik kita fokus saja dengan diri kita yang pikiran, ucapan dan tindakan sejalan, seperti janji ditepati, menjaga kepercayaan orang lain, dan masih banyak lagi. Kalau sedang berseteru dengan orang lain, akan lebih baik kita tenangkan diri dulu, kemudian mencari waktu untuk menyampaikan langsung ketidaksukaan kita pada orang lain secara baik-baik, supaya tidak timbul masalah baru, yang akhirnya membuat kita cape hati sendiri.
Kalau orang tersebut tidak bisa dibilangin juga, ya berarti kan tidak mau berteman, ya let him/her go saja. Masih banyak hal yang mesti kita urusi kok dibandingkan sibuk dengan orang-orang yang membuat kesehatan mental dan sistem limbik pada saraf otak kita terganggu.
Dengan begitu, sepertinya saya dapat menyimpulkan kalau tidak munafik tidak sama dengan meluapkan emosi dengan kata-kata kasar yang tidak terkendali.Â
Referensi
- Fimela. 2 Juli 2010. Benahi Ucapan Kasar Sekarang. Diakses dari Fimela.com tanggal 20 Januari 2020
- Firmansyah, Ganjar. 28 Juni 2019. Mengenal Sistem Limbik, Bagian Otak yang Mengontrol Emosi dan Perilaku. Diakses dari IDNTimes.com tanggal 20 Januari 2020.Â
- Wong, Kristin. 27 Juli 2017. The Case of Cursing. Diakses dari NYTimes.com tanggal 20 Januari 2020.
- Syarifah, Fitri. 25 Desember 2015. Bicara Kasar dan Kotor, Ternyata Pertanda Orang Cerdas. Diakses dari Liputan6.com tanggal 20 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H