Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Sekilas Pengakuan, tapi Menunjukkan Makna Suara Orang yang Tidak Memiliki Kuasa dan Uang di Hadapan Pemerintah

12 Desember 2019   11:38 Diperbarui: 12 Desember 2019   11:57 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali fokus pada kasus Garuda.

Dari awalnya saya tidak terlalu tertarik dengan pemberitaan ini, karena nanti ujung-ujungnya akan ada siklus yang sama. Bagus diawal, ketika ada intervensi dari partai politik. Hohoho.. yaa tidak perlu diharap terlalu banyak lah.

Nah, hanya saja seminggu ini rekomendasi di YouTube Channel, banyak sekali tentang AA, yang akhirnya membuat saya penasaran juga. Sebobrok apa sih Garuda saat dipimpin AA. 

Pertama yang saya tonton tentang pengakuan para awak kabin yang diperlakukan semena-mena dan tidak berprikemanusiaan bila berani menentang selir kesayangan AA. Jam istirahat bagi para pramugrari saja bisa dikatakan tidak ada, seakan-akan pramugari bukanlah manusia yang tidak perlu istirahat. 

Belum lagi adanya segala peraturan yang hanya berdasarkan titah AA saja. Wets, macam kerajaan saja. Dan semua awak kabin harus menurut, kalau tidak akan dimutasi ke tempat yang jauh, atau bisa saja diturunkan jabatan, atau parahnya bisa di PHK sepihak tanpa surat peringatan.  Ngeri lah ngeri !

Kemudian ada pengakuan Zaenal Mutaqqin, yang merupakan Ketua Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia, yang dimana beliau sedang mendapat masa hukuman 4 bulan tidak diizinkan terbang. Dikarenakan sang selir tidak suka pada Zaenal Mutaqqin. Selain itu, sang ketua pun cukup bersuara untuk mendapatkan keadilan dengan mengirim surat kepada  komisaris utama, kemenakertrans cpns, kementrian BUMN, kementerian perhubungan, staff presiden dan presiden, serta terakhir surat pun dilayangkan ke pengadilan.

Tidak ada yang merespons surat tersebut (entah di pengadilan), baru setelah ketahuan adanya komponen Harley Davidson ini, nah, akhirnya para awak kabin pun pada akhirnya bisa bersuara. Mungkin itu jawaban doa bagi orang-orang yang tertindas. 

Saya pun yang menonton hanya bisa geleng-geleng kepala, itu kah nasib wong cilik? Kalau tidak ada kasus Harley Davidson yang ilegal, bagaimana nasib awak kabin Garuda? 

Itu baru Garuda lho yang kelihatan, yang BUMN lain bagaimana? Apakah memiliki nasib yang sama juga tidak? 

Saya pun teringat kasus Mahasiswa sebelum melakukan aksi demonstrasi, surat tuntutan yang sudah ditanda tangan sama sekali tidak sampai ke komisi DPR yang ingin mereka tuju. Dan ini ada kejadian Garuda lagi dimana tidak ada jawaban sama sekali dari kementerian maupun kepresidenan atas surat yang dikirimkan. 

Jadi kemana hilangnya surat-surat dari para wong cilik tersebut? Apakah ditumpuk begitu saja dengan alasan banyak pekerjaan? Atau malah dijadikan bungkusan gorengan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun