Air pada 8 keran tersebut tidak sembarang air, air tersebut diberi nama Air Perwitasari, dipercaya bisa memberikan mukzizat dan memberikan penyembuhan bagi yang sakit.Â
Awal mula munculnya air ini setelah adanya penelitian air dibawah Candi Ganjuran di laboratorium. Hasil penelitiannya, ternyata air ini mengandung mineral yang tinggi yang tentu akan sangat bermanfaat bagi orang yang menggunakannya. Oleh karena itu air tersebut dialirkan melalui 8 keran, samping Candi.Â
Orang yang pertama kali memakai air tersebut adalah Pak Perwita yang kebetulan sedang sakit. Karena imannya yang percaya pada rahmat Tuhan melalui air yang mengandung mineral yang tinggi, tidak lama Pak Perwita pun sembuh. Itu sebabnya air tersebut dinamakan Air Perwita.
Tapi air tersebut hanya media ya, semuanya kembali pada iman kita ke Tuhan dan Air Perwita ini sama sekali tidak digunakan untuk melakukan yang "aneh-aneh". Â Â
Kata ibu saya, didalamnya ada patung Yesus yang ukirannya pun tidak meninggalkan budaya Jawa sama sekali. Disini, para umat menyebutnya Gusti Yesus.Â
Saat menaiki tangga, kita harus melepas alas kaki dan kalau mau turun tidak boleh membelakangi patung, tapi tetap menghadap ke arah Gusti Yesus, sambil pelan-pelan turun ke bawah, sebagai tanda menghormati Yesus.
Di sini saya mau menjelaskan sedikit, dalam agama Katolik, umat tidak ada yang menyembah patung, semuanya menyembah Yang Kuasa. Patung hanya lah sebagai media untuk berdoa.Â
Bunda Maria juga tidak berkedudukan sebagai Tuhan, namun dipercaya sebagai pendamping atau pembimbing para umat agar hati dan pikiran, serta tingkah laku para umat manusia selalu menuju pada Yang Mahakuasa.
Kembali pada candi, Candi Ganjuran ini memiliki desain bangunan corak Hindu Buddha, yang mirip dengan Candi Prambanan. Candi ini diresmikan tahun 1930.Â
Candi Ganjuran menghadap ke arah selatan dan lapangan luas yang fotonya ada diatas itu menghadap ke arah utara. Nah, maknanya hadap utara dan selatan adalah kepercayaan orang Jawa pada harmoni utara dan selatan.