Berlanjut ke pemakaman selanjutnya.Â
Sebenarnya saya hanya berniat mau melihat bangunan Mesjid tertua di Yogyakarta, eh, memang dasar jodoh, sebelah Mesjid tersebut ternyata pemakaman Raja Mataram, leluhur Sultan Agung.Â
Pemakaman sang Raja dibuka hanya pada hari Senin, Jumat dan Minggu pada pukul 13.00 - 16.00 WIB. Saya sampai disana sekitar hampir pukul 17.00, namun kuncennya berbaik hati, saya boleh tetap memasuki area pemakaman tersebut, dengan syarat memakai pakaian adat rakyat untuk bertemu para Raja, dan tanpa alas kaki. Selain itu, juga tidak boleh mengambil foto didalam pemakaman. "Takutnya ada yang ngikut foto, Mba.", canda sang Kuncen.Â
Saya pun berganti pakaian kemben batik sebagai atasan dan kain panjang batik untuk bawahan, dibantu oleh seorang ibu tua. Wuih, teknik ikat kembennya mantap, rek, tanpa pakai peniti. Tapi sangat kuat dan tidak melorot.Â
Kalau pria, bila mau masuk ke pemakaman Raja, berpakaian seperti abdi dalem, blankon, baju, dan kain panjang batik.
Setelah berganti pakaian, saya diajak masuk oleh kuncen. Dan langsung disuguhi banyak pemakaman dengan berbagai ukuran, ada yang besar, sedang dan kecil. Tidak seperti pemakaman di Imogiri yang berundak-undak, pemakaman raja dan keluarga disini berbentuk rata, dan agak rapat jaraknya untuk langkah kaki, dari satu pemakaman ke pemakaman lain.
Saya pun berjalan selalu mengucapkan kata "Permisi", takut tidak sengaja "tersentuh".Â
Jalan yang mengarah dari Gapura ke dalam rumah pemakaman para Raja, dilapisi karpet hijau, jadi kita tidak perlu takut kaki terasa panas atau sakit. Nyaman berjalan sehingga kita bisa fokus mendengar cerita sang kuncen.Â
Hampir semua pemakamannya sudah ditaburi bunga, sang kuncen memberitahu kalau setiap hari Jumat, mereka pasti menaburkan bunga. Jadi tidak aneh ketika saya berziarah, terasa wangi sekali.
Ketika memasuki area pemakaman Raja, lebih baik kalau Anda mau berkunjung pada jam kunjung saja, jangan terlalu sore, karena gelap, dan bisa menimbulkan efek merinding disko seperti yang saya rasakan. Hehe.
Pemakaman untuk raja-raja dan keluarganya dinaungi sebuah rumah besar. Ketika menginjakkan kaki pada lantainya. BEUUUHH, ADEM!! Benar adem sekali, lantainya itu berbentuk keramik, sepertinya itu batu pualam asli. Hebat ya kualitas ubin zaman dahulu. Â