Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ziarah Pemakaman Raja Mataram di Kotagede yang Memberikan Pelajaran

5 Desember 2019   14:50 Diperbarui: 5 Desember 2019   15:11 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendopo lainnya ada 4 foto, salah satunya Amengkurat II | Dokpri

"Ini, kuat lho Mba bangunannya, waktu lagi gempa bumi di Yogya, wah, ini bangunannya pada lemes, Mba, ngikutin gelombang, tapi sama sekali ga ada yang runtuh. Jepang kan sering gempa, mereka sampe dateng lho Mba ke sini, studi banding untuk pelajarin bangunan. Makanya, kan rumah mereka kokoh semua. Karena disesuaiin sama geografisnya." jelas kuncen. 

"Lah, orang-orang disini sayang banget, Mba, belajarnya malah ke Eropa. Eropa mana ada gempa, adanya kan topan saja. Jadi mereka kan menyesuaikan dengan kondisi alamnya, supaya rumahnya ga terbang. Di Indonesia, mana ada topan yang sampai bisa bawa rumah, adanya gempa, gunung meletus, tanah longsor. Sayang sekali bener-bener." lanjut sang kuncen.

Salah satu pendopo yang fotonya ada Ki Ageng Pemanahan (sebelah kiri) dan Ki Panembahan Senopati (sebelah kanan) | Dokpri
Salah satu pendopo yang fotonya ada Ki Ageng Pemanahan (sebelah kiri) dan Ki Panembahan Senopati (sebelah kanan) | Dokpri
Pendopo lainnya ada 4 foto, salah satunya Amengkurat II | Dokpri
Pendopo lainnya ada 4 foto, salah satunya Amengkurat II | Dokpri
Saat keluar dari pemakaman, ada dua pendopo, pendopo pertama ada dua foto, yakni Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panembahan Senopati. Pada pendompo kedua ada salah satunya foto Amengkurat II, kalau yang satu lagi saya lupa nama sultannya.

Kuncen pun melanjutkan cerita tentang kokohnya bangunan di pendopo dan Mesjid Gedhe Mataram yang tahan banting terhadap gempa. 

Di kunjungan kali ini, suasana mistisnya ada, mungkin karena saya berkunjung terlalu sore, akan tetapi pelajaran yang saya petik itu bukan dari kesan mistinya malahan, lebih kepada kita orang Indonesia, boleh saja beradaptasi pada kemajuan teknologi dan pengetahuan yang modern, tapi ketika kita tinggal di Indonesia ataupun dimanapun kita berada, kita harus menyesuaikan dengan kondisi yang ada disekitar tempat kita tinggal, dari segi geografis, budaya, dan lain sebagainya.

Misal kita tinggal di Indonesia, dan memiliki pengetahuan tentang gaya bangunan Amerika yang cenderung simple dan modern. Boleh saja, tapi untuk kekuatan dan teknik pembangunannya harus kita sesuaikan dengan kondisi alam di Indonesia. Tidak telek-melek mengikuti teknik yang dipelajari dari Amerika, karena perbedaan kondisi geografis.

Misal lagi, perkembangan industri dan bangunan yang klasih dan mewah di Amerika ataupun Eropa sana. 

Boleh saja kita mengikuti, tapi jangan semuanya kita ikuti. Karena kondisi alam Amerika dan Eropa tidak sesubur di Indonesia, agar terlihat menarik, maka negara Barat sana memiliki pariwisata bangunan yang indah dan megah, serta klasik. Perkembangan industri juga semakin maju, karena tidak mungkin mereka bisa mendapatkan penghasilan dari kekayaan alam dari tanahnya. 

Sedangkan di Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah dan tanahnya begitu subur. Bahkan rempah-rempah kita saja sampai banyak yang cari, zaman dahulu kala. Itulah kelebihan kita, yang tidak perlu kita tinggalkan supaya terlihat modern, tapi malah mematikan keunikan dan kelebihan negara kita sendiri dari segi sumber daya alamnya. Yang perlu kita pelajari dari negara luar sana adalah tekhniknya, dan kita berinovasi dengan cara mengembangkannya agar kekayaan alam kita semakin subur dan melimpah.

Dengan begitu negara kita memiliki kekuatan untuk ekspor impor dengan negara lain, tidak melulu impor yang barangnya sudah bisa dihasilkan dari tanah kita sendiri, dan hasil ekspor kita pun juga banyak dicari negara luar. 

Itu sih teori saja. Hehe. Kenyataannya kan yang ada disinggasana sana sepertinya lebih mementingkan kantong sendiri, dan terlalu berkiblat pada negara luar, daripada memahami alam negara sendiri, dan kondisi Indonesia kedepannya bagaimana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun