Jenazah tersebut adalah Tumenggung Endranata, yang dikenal sebagai pengkhianat Mataram, dimana dia membocorkan informasi kepada VOC kala Sultan Agung sedang gencar menaklukan Jayakarta.Â
Sebagai hukuman, Tumenggung Endranata pun dihukum mati dan jenazahnya dipotong menjadi 3 bagian yang akan dilalu lalang oleh orang yang lewat.
Sultan Agung ingin memberikan pelajaran sekaligus peringatan pada semua abdi kerajaan beserta masyarakat, mati secara tidak terhormat akan diberikan bagi pengkhianat kerajaan.Â
Beruntung ya koruptor zaman sekarang hanya kena sanksi beberapa tahun. Hehe.Â
Sesampainya depan Gapura paling depan, sang pemandu wisata mengatakan kalau kami termasuk pengunjung yang beruntung karena Kompleks Pemakaman Sultan Agung sedang dibuka.Â
Akan tetapi, kompleks pemakaman Sultan Paku Buwono I - XII, dan Hamengkubuwono I-VI sedang ditutup. Yang dibuka hanya Kompleks Pemakaman Sultan Hamengkubuwono VII-IX dan Kompleks Pemakaman Sultan Agung.
Sang pemandu pun memberikan petunjuk dan cerita mengenai Sultan Pakubuwono dari XII-I. Diseberang Komplek Pemakaman Sultan Paku Buwono ada pemakaman kecil yang dibangun dengan apik.
Ternyata itu adalah pemakaman Arsitek Dalem Sultan Agung yang membangun Kompleks Pemakaman para Raja Mataram, bernama Kyai Tumenggung Tjitrokoesoemo (Citrokusumo). Sebagai tanda hormat, sang Arsitek dimakamkan pada pemakaman para Sultan secara terpisah.
Setiap kompleks ada nama bangunannya. Bagian sebelah kiri itu wilayah makam raja-raja Surakarta. Ada 4 kompleks pemakaman Raja Surakarta, dan masing-masing kompleks berisi 3-4 makam Sri Susuhanan (sebutan untuk Raja Surakarta).