Apakah saya benar sudah mengenal dan membantu bangsa saya sendiri?
Ketika ada program pemerintah dalam menangkal radikalisme, kemudian ada tokoh masyarakat berpartisipasi menyuarakan nasionalisme agar bangsa ini bersatu kembali, dan memperhatikan satu sama lain. Kita beranekaragam secara SARA, dengan agama Islam sebagai agama mayoritas, yang membuat ada saja oknum yang memakai hal yang sensitif itu untuk memecah belah diri kita.
Saya sendiri? Eh, malah lebih memperhatikan potongan kalimat antara tokoh pahlawan dan Nabi, bukan memperhatikan maksud dari pesan yang disampaikan. Saya malah lebih mengutamakan emosi saya sendiri, ketimbang memikirkan keutuhan bangsa dan negara kita sendiri, dan kemajuannya.
Bagaimana negara ini bisa maju bila orang seperti saya fokusnya selalu pada potongan fakta dan potongan kalimat? Bukannya berpikir dan berperilaku layaknya orang yang sudah mengenyam pendidikan, dengan mencerna informasi terlebih dahulu, kemudian menelaahnya, malah berasyik-masyuk dengan perasaan etnosentrisme.Â
Apakah saya seperti Minke? Anak Bangsa yang tidak mengenal bangsanya sendiri. Yang lebih memikirkan diri sendiri, dan malah memuja-muja bangsa lain secara tidak langsung, padahal saya sama sekali tidak berbuat apa-apa membuat bangsa saya sendiri maju dengan keunikan kita sendiri yang dipadu dengan kecanggihan teknologi dan kemodernan zaman, seperti Korea dan Jepang.
Ah, belum apa-apa saya sudah memuja negara lain lagi, ketimbang negara sendiri.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H